Fakta
tentang Barong Banyuwangi:
1. Bagi
masyarakat Using/Osing, barong adalah sebuah simbol kebersamaan.
2. Kata
'barong' berasal dari bahasa Using, bareng, yang berarti bersama.
3. Ada
banyak versi tentang sejarah barong di Banyuwangi. Namun, maknanya tetap sama,
" kebersamaan "
4. Diyakini,
Barong bisa mengusir pengaruh jahat, penyakit dan segala bahaya, pleh sebab itu
ritual apa pun di daerah Banyuwangi hampir tidak pernah lepas dari tarian ini.
5. Ada
tiga versi tentang kesenian Barong di Banyuwangi.
6. Sejarah
Barong bermula dari pertarungan dua Bangsawan Sakti dari Bali dan Blambangan.
1. Sejarah
Barong
·
Wujud Sakral Barong
Ada
yang mengisahkan, barong bermula dari pertarungan dua bangsawan sakti dari Bali
dan Blambangan. Mereka, Minak Bedewang dan Alit Sawung. Tanpa penyebab jelas,
keduanya terlibat pertarungan hebat. Mereka bertarung tanpa henti hingga jangka
waktu lama. Tak satu pun yang terluka. Masing-masing menggunakan wujud sakti
yang mengerikan, seekor harimau besar dan burung garuda. Dua perwujudan ini
bertarung dahsyat. Suaranya menggelegar persis halilintar. Meski saling serang,
kedua kesatria itu tetap sama kuatnya. Hingga munculah suara aneh dari langit.
Suara tanpa rupa itu mengingatkan agar menghentikan pertempuran. Keduanya
diminta berdamai. Akhirnya, kedua wujud menyeramkan itu bersatu. Sejak itu,
masyarakat Using memiliki wujud barong sebagai simbol kebersamaan. Diyakini,
barong bisa mengusir pengaruh jahat, penyakit dan segala bahaya. Hingga kini,
tarian Barong dan barong sangat disakralkan. Sebelum ditarikan, barong wajib
diberi ritual khusus. Jika tidak, akan berbahaya bagi penari dan warga sekitar.
Barong juga tidak sembarangan ditarikan. Ditarikan terutama untuk ider bumi
atau selamatan desa. Nilai mistis barong tetap dijaga. Mereka yang berhak
menari barong adalah orang pilihan alam.
Mengacu
pada beberapa pendapat tentang sejarah dimualinya Barong ada beberapa versi
tentang kesenian Barong, Yakni:
·
Kesenian Barong Versi 1
Menurut
Hasnan Singodimayan, budayawan setempat, kesenian barong Kemiren bercerita
tentang gadis cantik bernama Ja'rifah, yang dijaga hewan bertubuh besar bermuka
buruk--yang kemudian disebut barong--melawan penjajah. "Barong sangat
setia kepada tuannya sehingga dianggap simbol kepahlawanan," tutur
Hasnan.Kesenian barong Kemiren mirip kesenian barong di Bali. Kemiripan ini,
menurut Hasnan, sangat wajar karena kedekatan kultur yang saling mempengaruhi
dalam sejarah hubungan antara Bali dan Banyuwangi. Bedanya, secara fisik ukuran
barong Bali lebih besar dan tidak punya sayap. Menurut Hasnan,
ada beragam versi tentang sejarah barong Kemiren. Ada yang menyebut barong
bukan kesenian asli Jawa, melainkan dari Bali. Kesenian ini dibawa dan
dikembangkan warga Bali yang terpaksa bermukim di Banyuwangi karena terjadi
kekacauan di Bali.
·
Kesenian Barong Versi 2
Versi
lain menyebutkan kesenian barong berasal dari Cina, yang masuk Jawa pada zaman
Majapahit. Ada kemiripan antara barong dan tari Singa Cina, yang berkembang
pada zaman Dinasti Tang pada abad VII-X.
·
Kesenian Barong Kemiren
Barong
Kemiren adalah kesenian asli dari Desa Kemiren,Glagah. Salah seorang budayawan
asli Kemiren, Andi (45), menuturkan barong Kemiren hasil ciptaan asli warga
Kemiren kuno. Namanya, Sanimah abad ke-16. Barong kuno itu bentuknya jelek dan
buruk rupa. Barong kuno itu kemudian diwariskan kepada anaknya, Tompo ( Eyang
Buyut Tompo/ Mbah Tompo ).
Selama
penjajahan Belanda, Tompo mengungsi ke kota sambil membawa barong. Di kota,
Tompo bertemu Sukip dan Win yang ahli membuat barong. Karena terkesan, Tompo
yang banyak memiliki uang meminta dua ahli barong itu untuk membuatkannya.
Lahirlah barong baru yang lebih bagus. Usai perjuangan perang melawan Belanda,
Tompo kembali ke Kemiren sambil membawa barong barunya. Sejak itu, barong
memasyarakat di Kemiren. Barong Tompo kemudian diwariskan ke Surtaman dan
Samsuri. Dari sinilah kesenian Barong tumbuh hingga sekarang.
Lain
lagi halnya menurut penuturan Sucipto tentang barong Kemiren, pada sekitar
tahun 1647 Mbah Tompo bermimpi diminta membuat barong. Bersama temannya, Mbah
Soeb, keduanya melaksanakan perintah dalam mimpi itu. "Anehnya, ketika
membuat barong, tangan mereka seperti ada yang menggerakkan. Jadilah bentuk
barong seperti barong yang dikenal sekarang," tutur Ketua Barong Tresno
Budoyo ini. Barong yang dibuat Mbah Tompo dan Soeb inilah yang terus dipakai
sampai sekarang. Diperkirakan usia barong sekitar 361 tahun. Meski usianya
sudah berabad-abad, fisik barong tetap utuh. Barong ini harus disimpan oleh
keturunan Mbah Tompo, yang sekarang sudah sampai pada generasi keempat. Konon
saat itu ada cerita lain lagi, di desa Kemiren ada pertunjukan Seblang yang dimainkan
Embah Sapua. Ketika penari seblang kesurupan, terjadilah dialog dengan Eyang
Buyut Tompo agar pementasan seblang dipindah ke desa Ole-Olean ( Olehsari
), sedangkan di desa Kemiren dipentaskan seni barong. Sejak saat itu ada
ketentuan yang harus dipegang teguh oleh masyarakat, yakni masyarakat Desa
Kemiren tidak diperkenankan mementaskan seblang, dan sebaliknya masyarakat
Olehsari tidak boleh mementaskan barong. Seni Barong yang diciptakan BuyutTompo
ini didasari oleh leluhur masyarakat Kemiren, Eyang Buyut Cili, yakni
tokoh yang dimitoskan dan dianggap sebagai danyang atau penjaga desa Kemiren.
Oleh karenanya setiap pementasan, yakni tatkala barong mengalami kesurupan yang
masuk/merasuki adalah Eyang Buyut Cili.
0 Comments:
Posting Komentar