Dalam Kasus yang sedang gempar di bicarakan
oleh dunia politik Internasional saat ini adalah tentang kasus ambalat yang
kembali muncul, setelah sempat terhenti dan adem ayem, kasus ini kembali muncul
pada Sabtu pagi (9/4). KRI (Kapal Republik Indonesia) Kedung Naga ditabrak
kapal patroli Kerajaan Malaysia KD Rencong di dekat Karang Unarang, perairan
Ambalat, Kaltim. Serta pada 13 Agustus 2010 di perairan kepulauan Riau yaitu
penyanderaan 3 orang petugas Kementrian Kelautan dan Perikanan Riau oleh Polisi
Diraja Malaysia karena menangkap 7 orang nelayan Malaysia yang mencuri ikan di
perairan Indonesia, telah membuat reaksi yang keras bagi sebagian besar rakyat
Indonesia. kita bisa melihat di berbagai pelosok negeri ini banyak sekali
pemuda-pemuda Indonesia yang menolak keras atas pengklaiman Blok Ambalat oleh
malaysia. Namun kenapa Mereka hanya mengklaim? Selain itu, Tak ada tindakan
tegas (mungkin belum muncul) dari pemerintah tentang kasus ini, apakah
pemerintah sama seperti rakyatnya yang hanya bisa untuk
"berkoar-koar" namun tak bisa melakukan suatu hal yang kongkret? Dan
real action?
Segala permasalahan bisa di selesaikan
dengan jalan musyawarah atau damai, mungkin itu yang akan di sampaikan Presiden
ke 6 RI yang terpilih “dua” kali oleh rakyat ini. Sebagai orang yang
berpengaruh di dunia politik Indonesia, tentunya beliau tidak akan seenaknya
dalam membuat keputusan, yang akhirnya bisa berdampak buruk untuk masyarakat
serta NKRI. Semenjak kasus ini muncul, hingga beberapa bulan setelahnya, tak
ada respon dari pemerintah tentang kasus Ambalat ini.
Tapi pada 01 Agustus 2010 kemarin, akhirnya
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan sikap resmi terhadap konflik
Indonesia-Malaysia. Sayangnya, SBY dinilai gagal menunjukkan sikap tegas posisi
Indonesia terhadap Malaysia. Meski, ada pula sejumlah pihak yang memuji.
Demikianlah sebuah keputusan yang pasti akan menimbulkan pro dan kontra
(padahal itu SBY sudah berfikir masak-masak atas keputusannya, masih ada saja
kontra yang bergejolak)
Memang banyak yang mendukung sikap
pemerintah, ada juga yang menolak mentah-mentah sikap yang di nyatakan oleh
pemerintah.
Menurut Pengamat Hukum Internasional UI
Depok, Haryadi Wirawan : “Pidato Presiden SBY adalah materi penjelasan situasi
terkini ke Tentara Nasional Indonesia (TNI). SBY mencoba meredam emosi TNI
dengan menjelaskan langsung di markas TNI tersebut. SBY menanyakan kesiapan
TNI. Tapi SBY lantas menjelaskan duduk persoalan kepada TNI atas situasi
senyatanya. SBY mencoba menjelaskan untung ruginya jika mengambil langkah
tegas. Karena sebagian perwira tinggi TNI sangat tidak puas atas penanganan
beliau terhadap kasus ini. Sikap SBY mengikis kedigdayaan Indonesia.”
Pidato presiden tentang Malaysia sama
sekali telah diperkirakan akan seperti itu, baik materi maupun isi. Namun
pertanyaan publik tetap tak terjawab yaitu bagaimana sikap kita terhadap
tingkah laku Malaysia.Di mana Malaysia berulang kali menguji kesabaran
Indonesia sebagai tetangga yang berdaulat dengan melangkahi batas-batas
toleransi. Presiden bahkan cenderung menyalahkan beberapa elemen masyarakat
yang dengan tegas dan berani melakukan penyikapan terhadap sikap Malaysia ini.
Kita sendiri merasa rendah diri berhadapan dengan Malaysia, karena banyaknya
rakyat kita yang mencari makan di negara itu. Malaysia melihat kita lemah
bahkan mungkin lebih dari itu. Jangankan dengan Malaysia, dengan Singapura saja
kita sering bersikap lemah. Di akui atau tidak, Malaysia merupakan investor
terbesar Indonesia selama ini. Selain itu ada lebih dari 2000 WNI Indonesia
yang memang mencari nafkah di negeri tetangga tersebut. Apa mungkin karena
kasus ini, Indonesia akan melakukan gencatan senjata? Mungkin dalam benak pemerintah
saat ini adalah, apa yang akan terjadi kedepan jika Indonesia melakukan
gencatan senjata?
Ada pertanyaan yang lebih menohok lagi
selain itu, bagaimana nasib 2000 WNI yang bekerja di Malaysia jika kita
berperang (sesuai yang di inginkan beberapa LSM)? Dan bagaimana nasib politik
dan ekonomi di kedua Negara tersebut?
Permasalahan ini tak semudah membalikkan
telapak tangan! Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai warga Negara yang
baik? Yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi?
Apa warga Indonesia harus bertindak
anarkis? Atau melakukan hal yang tak terpuji? Seperti melakukan pemblokiran
jalan untuk mensweeping dan mengusir warga Negara Malaysia yang di lakukan oleh
LSM BENDERA pada 4 september di Jakarta? Atau mungkin melakukan aksi unjuk rasa
dengan cara orasi dan pembakaran bendera Malaysia di depan gedung DPRD Provinsi
Banten Jl. Raya Palima Serang, yang di lakukan oleh ratusan anggota Forum
Bersama Laskar Merah Putih (FBLMP). Di akui atau tidak Negara kita telah bebas
mengapresiasikan demokrasi nya, tapi apa kita harus bertindak anarkis? Meskipun
demokrasi tidak di batasi?
Tentu jawaban yang saya lontarkan adalah TIDAK!
Indonesia memang sedang tertindas karena kasus ini (bisa di katakan seperti
itu), tapi kita tidak harus bertindak anarkis, seperti melakukan aksi
pembakaran bendera Malaysia. Sebuah bendera suatu negara bukanlah hanya sebatas
selembar kain yang di berikan warna dan di pajang ketika hari-hari tertentu
seperti independent day, pun ini juga merupakan salah satu ideology yang
harus di jaga dan di hargai oleh semua warga Negara. Butuh pengorbanan dan
harga diri untuk mendapatkannya. Sekarang yang perlu kita tanyakan adalah “apa
yang akan kita rasakan jika Bendera merah putih” di bakar oleh Negara lain?
Di akui atau tidak, kita bisa mengamati
beberapa Warga Indonesia cenderung bersikap gegabah dan tidak memikirkan jangka
panjang dalam menyelesaikan sebuah kasus, baik itu kasus kecil maupun kasus
besar. kita perlu mawas diri dalam menghadapi sebuah kasus, apalagi yang
berhubungan dengan jati diri bangsa! Jangan hanya ketika kita di ambil baru
kita bertindak (ingat kasus tari pendet? Batik? Tempe? Dan sebagainya?)
Kita bisa melihat respon warga Malaysia
atas kasus ini; apa mereka bertindak anarkis dalam menyikapi sebuah kasus?
Sahabat saya bertanya kepada orang
malaysia, yang pastinya tentang kasus ambalat ini, apa yang mereka katakan tak
sesuai dengan apa yang ada di pikiran saya. tidak sama dengan apa yang seperti
dilakukan oleh rakyat-rakyat indonesia., mereka seperti menyerahkan sepenuhnya
dan mempercayakan sepenuhnya kepada pemerintah. Masyarakat Malaysia yakin
dengan kemampuan pemerintah mereka akan dapat menyelesaikan kasus ini dengan
baik dan mereka pun memberikan suatu dukungan penuh terhadap pemerintahnya. Dan
mereka pun melakukan hal-hal lain yang lebih penting dari pada harus
"berorasi dan bertindak anarkis”.
Sungguh diluar dugaan!!
Apa pendapat kalian tentang apa yang telah
dilakukan oleh masyarakat malaysia mengenai kasus Ambalat ini ?? apa kita
memang harus berperang?
Malang, 05 September 2010, 02.06 WIB
0 Comments:
Posting Komentar