Tradisi : Seblang Bakungan
Lokasi : Kelurahan Bakungan, Glagahm Kabupaten
Banyuwangi
Pelaksanaan : Hari Ke 7 di hari raya idul Adha
(Dilakukan satu malam suntuk)
Acara : Ritual penyucian upacara penyucian desa yang
bertujuan untuk menolak balak.
Fakta tentang Bakungan :
1.
Penyanyi menyanyikan
12 buah lagu yang menceritakan kehidupan, karamahan, lingkungan hidup,dsb.
2.
Acara dibuka dengan
parade oncor keliling desa (Ider bumi) yang diikuti oleh penduduk desa.
3.
Di perankankan oleh
wanita tua renta didepan sanggar.
4.
Setelah diberi
mantra – mantra sang penari menari dalam keadaan kesurupan.
5.
Kegiatan berakhir
tengah malam setelah acara"Adol Kembang". Para penonton kemudian
berebut berbagai bibit tanaman yang dipajang di panggung dan mengambil kiling
(baling-baling) yang di pasang di di sanggar. barang-barang yang diambil
tersebut dapat di percaya dapat digunakan sebagai alat penolak balak.
II.
Sejarah Bakungan
Warga Kelurahan Bakungan sudah lama menggelar Ritual
Seblang, agar dijauhkan dari segala marabahaya, mereka menggelar ritual seblang
semalam suntuk, yakni, ritual tarian yang diperankan seorang wanita tua berusia
lanjut. Tradisi ini sudah ada sejak 316 tahun silam.
Konon, mereka yang membuka perkampungan Bakungan
berasal dari Bali. Bakungan adalah salah satu nama tumbuhan yang banyak hidup
di tempat itu. Dahulu, Bakungan adalah sebuah hutan belantara yang banyak
ditumbuhi tanaman bakung.
'Seblang' berasal dari bahasa Using kuno yang berarti
hilangnya segala permasalahan dan kesusahan. Upacara ini diawali selamatan
massal yang dilakukan sesaat setelah matahari terbenam. Seluruh warga duduk di
depan rumah masing-masing sambil mempersembahkan tumpeng yang terdiri atas
beberapa jenis makanan khas. Di antaranya, pecel ayam, yaitu daging ayam yang
dicampur urapan kelapa muda. Sehari sebelumnya, beberapa tokoh masyarakat
melakukan ritual minta izin di makam buyut Witri. Dia diyakini sebagai leluhur
masyarakat kelurahan Bakungan. Di tempat ini, warga meminta doa sambil
mengambil air suci. Air ini nantinya digunakan penari seblang untuk penyucian
dan disebarkan kepada seluruh warga kampung.
Sebelum santap tumpeng, dukun membacakan doa-doa khusus
menggunakan bahasa Using. Isinya meminta seluruh penguasa jagat memberikan
kerahayuan kepada seluruh masyarakat. Suasana terasa mistis ketika aroma
kemenyan yang ditaburkan dukun menyebar ke seluruh arena seblang. Setelah itu,
ketua adat memukul kentongan berkali-kali sebagai pertanda selesainya upacara
tumpengan. Warga menyambut dengan pekikan ayat-ayat suci Alquran. Setelah itu
seluruh warga menyantap tumpengnya masing-masing. Selama selamatan, seluruh
anggota keluarga berkumpul di halaman rumahnya.
Sebelumnya, warga laki-laki bersama para pemuda
berjalan keliling desa sambil membawa obor. Ritual ini dimaksudkan untuk
mengusir roh jahat yang akan mengganggu desa. Mereka mengumandangkan ayat-ayat
suci Alquran. Sekitar pukul 19.30, ritual seblang dimulai. Acara ini diawali
memanggil roh yang akan masuk ke dalam tubuh penari. Setelah diberi mantra
khusus, penari kesurupan. Penari ini keturunan asli mbah buyut Witri yang diyakini
leluhur warga Bakungan, kata sesepuh adat Bakungan, Yalin.
III.
Prosesi Ritual
Seblang Bakungan
Selayaknya ritual lain, secara detail Tari Seblang
Bakungan pun memiliki beberapa tahapan sebelum mencapai ritual puncak. Inilah
urutan ritual yang harus dijalankan :
1.
Penari Seblang
dirias dan mengenakan busana tarinya. Pada bagian tubuh dan wajahnya, dibaluri
sejenis tepung batu halus berwarna kuning (biasa disebut atal) yang dicampur
dengan air. Lalu sang penari pergi berjalan menuju arena dengan beberapa
penyanyi perempuan dan pemilik hajat.
2.
Pada tahapan kedua
ini, sang penari dikenakan mahkota yang dihias beraneka bunga dengan beragam
warna. Tak lupa, sang penari memegang nyiru dengan tangannya. Lalu ada
seorang perempuan tua yang menutup mata sang penari dengan tangannya. Setelah
itu ada sang pawang yang membakar dupa serta merapal mantra untuk memanggil
dhanyang (roh penjaga desa) yang dikenal dengan nama Buyut Kethut, Buyut Jalil,
dan Buyut Rasio agar memberkahi pertunjukan Seblang ini. Saat nyiru yang
dipegang penari Seblang itu jatuh, maka dia sudah mulai kejiman alias
kesurupan.
3.
Tahap ketiga,
adalah tahap pemilihan lagu untuk mengiringi sang penari. Ada kalanya, lagu
yang dimainkan tidak disetujui oleh sang penari yang sudah trance ini. Kalau
sang penari setuju, maka ia akan berdiri dan menari dengan gemulai berlawanan
dengan arah jarum jam. Kalau tidak setuju, dia tidak mau berdiri serta memberi
isyarat agar sang pengiring memainkan lagu lain. Kadang kala, disaat jeda
pemilihan lagu dan sang penari beristirahat, disisipkan pula ritual sabung
ayam.
4.
Setelah ritual tari
berhenti sejenak, maka ada beberapa gadis cantik dengan kebaya memegang kembang
dirma yakni bunga beraneka warna yang dipercayai bisa mendatangkan berkah. Lalu
bunga ini diberikan pada penonton, lalu penonton memberikan derma uang ala
kadarnya.
5.
Tahapan ini disebut
tundik dan beberapa menyebutnya Ngibing, yakni saat dimana sang penari mengajak
penonton untuk ikut menari. Cara memilih penontonnya unik, yakni sang penari
Seblang melemparkan sampur pada penonton. Siapa yang ketiban sampur itu harus
menari bersama penari Seblang. Suasana menjadi ramai dan penuh tawa saat
penonton lari berhamburan menghindari sampur yang dilempar itu.
6.
Inilah titik puncak
dari upacara Seblang. Saat sang pengiring memainkan lagu Candradewi yang
dimainkan dengan cepat, sang penari juga berputar dengan cepat. Lalu sang
penari rebah dan tergeletak menelungkup. Saat ini petugas kembali meminta derma
dari para penonton.
Seusai pertunjukkan, ada satu ritual lain
yang tak afdol rasanya jika tak diikuti. Yakni acara berebutan sesajen hasil
pertanian yang digantung di beberapa bagian kantor balai desa. Ada durian,
padi, alpukat, sirsak, pisang hingga kelapa.
Sumber:
Warga Bakungan - Glagah
0 Comments:
Posting Komentar