Tradisi
: Seblang Olehsari
Lokasi
: Desa Olehsari, Kecamatan
Glagah, Kabupaten Banyuwangi
Awal
digelar : Sekitar Tahun 1915
Pelaksanaan
: 2– 10 Syawal bulan Hijriah (tahun 2010), biasanya di gelar selama 7 hari di
hitung dari hari raya ke 2
Waktu
: Pukul 14.00 – 17.00
Acara
: Ritual bersih Desa dan
ungkapan syukur warga atas melimpahnya hasil tanam
Masih dalam suasana Idul Fitri, Rabu 15
September 2010 saya merasa terhentak untuk bisa menyaksikan langsung ritual
adat Seblang Oleh Sari di Desa Olehsari (sekitar 5 km sebelah barat Kota
Banyuwangi). Tidak begitu sulit mencari lokasi diselnggarakannya ritual ini,
karena dari kejauhan sudah terdengar musik gamelan yang "ngelangut'
sekakan-akan memanggil siapa saja untuk datang.
Walaupun prosesi dilaksanakan pada
siang yang cukup terik, disekeliling arena telah berjubel masyarakat yang akan
mengikuti acara Seblang meskipun acara masih di mulai 1 jam lagi (saya
berangkat lebih awal, karena ingin meng interview masyarakat sekitar
tentang ritual ini). Saya berhasil menemui ketua adat; Bapak Ansori, beliau
menjelaskna banyak hal tentang Ritual tahunan ini.
Sejarah unik dari ritual ini yakni
dahulu diantara kerumunan penonton itu selalu dibuka jalur yang disediakan
untuk jalan tamu gaib yang naik kuda. Siapapun tak berani menginjak jalur atau
menduduki kursi tersebut, karena untuk tamu-tamu gaib. Juga disediakan
kursi-kursi kosong untuk tamu (saya tidak bersedia duduk karna saya harus
mengabadikan ritual tersebut J ). Banyak hal yang bias saya dapatkan dengan
datang langsung ke desa Olehsari ini.
1.
About Seblang Oleh Sari
Seblang merupakan upacara bersih desa
untuk menolak balak yang diwujudkan dengan mementaskan kesenian sakral yang
disebut: “Seblang” yang berbau mistis.Kabupaten Banyuwangi terdapat dua jenis
Seblang; yakni Seblang Bakungan dan Seblang Oleh Sari. Seblang oleh sari
ditarikan oleh wanita muda selama tujuh hari berturut – turut. Penari menari
dalam keadaan kesurupan. Ia menari mengikuti gending atau lagu –lagu sebanyak
28 dan dinyanyikan oleh beberapa sinden.
Mengenai sejarah tentang ritual seblang
oelhsari, catatan di buku historis di Desa Olehsari, Seblang pernah tidak
diselenggarakan antara tahun 1943 s/d 1956. Bagi masyarakat Olehsari ketiadaan
acara Seblang seperti merasa kehilangan sesuatu. Pageblug terjadi, panen banyak
gagal dan serangan penyakit terhadap ternak dan manusia tak terhindarkan. Maka
pada tahun 1957 acara tersebut dimulai lagi. Konon suasana jadi pulih.
Sebelum Ritual Seblang dilaksanakan,
pada malam hari sebelumnya, masyarakat desa itu menggelar selamatan yang dikuti
oleh seluruh warga. Pelaksanaan Ritual Seblang dilaksanakan 7 hari setiap sore
dan prosesinya sama, kecuali pada hari terakhir ada prosesi Seblang Ider bumi,
keliling kampung.
Pada prosesi gending "Kembang Dermo", Seblang menjual bunga. Bunga itu ditancapkan pada sebatang bambu kecil yang terdiri 3 kumtum bunga sehingga mudah untuk dibawa. Hampir semua masyarakat desa, para penonton berebut untuk membeli bunga itu. Bunga-bunga itu disimpan untuk ana-anak atau diletakkan disuatu tempat tertentu di rumah maupun di sawah yang dipercaya sebagai tolak balak untuk mengusir pengaruh-pengaruh jaht, balak penyakit maupun keberuntungan.
Pada prosesi gending "Kembang Dermo", Seblang menjual bunga. Bunga itu ditancapkan pada sebatang bambu kecil yang terdiri 3 kumtum bunga sehingga mudah untuk dibawa. Hampir semua masyarakat desa, para penonton berebut untuk membeli bunga itu. Bunga-bunga itu disimpan untuk ana-anak atau diletakkan disuatu tempat tertentu di rumah maupun di sawah yang dipercaya sebagai tolak balak untuk mengusir pengaruh-pengaruh jaht, balak penyakit maupun keberuntungan.
Prosesi berikutnya yang disebut
"Tundikan", dimana Seblang mengundang tamu atau penonton untuk menari
bersama di atas meja,seblang mengajak berkomunikasi interaktif dengan penonton
dengan cara melemparkan selendang atau sampur kepada penonton.
Dalam keadaan kesurupan dan mata
tertutup, Seblang menunjuk ke arah penonton dimana selendang yang dilemparkan
tadi terjatuh atau mengenai seseorang. Penonton berharap bisa mendapatkan
Tundik ini dan menari bersama seblang, karena dipercaya dia akan mendapat keberuntungan.
2.
Ritual Seblang
Pada awalnya kesenian Seblang merupakan
bentuk kesenian berdasarkan mithologi, konon seblang adalah sisa dari
kebudayaan para Hindu yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia pada masa
lampau.
Menurut cerita dahulu Seblang dilakukan
di setiap desa di Banyuwangi, namun sekarang hanya dapat dijumpai di dua desa
dalam lingkungan kecamatan Glagah, Banyuwangi, yakni desa Bakungan dan Olihsari
(Olehsari). Walaupun ada beberapa perbedaan diantara keduanya, tetapi pada
dasarnya berintikan sama, yaitu : memanggil Roh Halus untuk menari melalui
wadag seorang perempuan .
Upacara Seblang biasa dilakukan di
pedesaan, konon pada abad ke XVI pernah dipindahkan ke istana oleh seorang
bangsawan Blambangan yang bernama LOKENTO. Tetapi Seblang yang dilakukan di
Pendopo Kadipaten dan dikenal orang dengan nama "Seblang Lokento" itu
kini telah musnah.
Ritual ini dilaksanakan untuk keperluan
bersih desa dan tolak bala, agar desa tetap dalam keadaan aman dan tentram.
Ritual ini sama seperti ritual Sintren di wilayah Cirebon, Jaran Kepang, dan
Sanghyang di Pulau Bali.
Penyelenggaraan
tari Seblang di dua desa tersebut juga berbeda waktunya, di desa Olihsari
diselenggarakan satu minggu setelah Idul Fitri, sedangkan di desa Bakungan yang
bersebelahan, diselenggarakan seminggu setelah Idul Adha.
Para penarinya dipilih secara
supranatural oleh dukun setempat, dan biasanya penari harus dipilih dari
keturunan penari seblang sebelumnya. Di desa Olihsari, penarinya haruslah gadis
yang belum akil baliq, sedangkan di Bakungan, penarinya haruslah wanita berusia
50 tahun ke atas yang telah mati haid (menopause).
Tari
Seblang ini sebenarnya merupakan tradisi yang sangat tua, hingga sulit dilacak
asal usul dimulainya. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa Seblang pertama
yang diketahui adalah Semi, yang juga menjadi pelopor tari Gandrung wanita
pertama (meninggal tahun 1973). Setelah sembuh dari sakitnya, maka nazar ibunya
(Mak Midah atau Mak Milah) pun harus dipenuhi, Semi akhirnya dijadikan seblang
dalam usia kanak-kanaknya hingga setelah menginjak remaja mulai menjadi penari
Gandrung.
Tari Seblang ini dimulai dengan upacara
yang dibuka oleh sang dukun desa atau pawang. Sang penari ditutup matanya oleh
para ibu-ibu yang berada dibelakangnya, sambil memegang tempeh (nampan anyaman
dari bambu). Sang dukun mengasapi sang penari dengan asap dupa sambil membaca
mantera. Setelah sang penari kesurupan (taksadarkan diri atau kejiman dalam
istilah lokal), dengan tanda jatuhnya tempeh tadi, maka pertunjukan pun
dimulai. Si seblang yang sudah kejiman tadi menari dengan gerakan monoton, mata
terpejam dan mengikuti arah sang pawang atau dukun serta irama gendhing yang
dimainkan. Kadang juga berkeliling desa sambil menari. Setelah beberapa lama
menari, kemudian si seblang melempar selendang yang digulung ke arah penonton,
penonton yang terkena selendang tersebut harus mau menari bersama si Seblang.
Jika tidak, maka dia akan dikejar-kejar oleh Seblang sampai mau menari.
Musik pengiring Seblang hanya terdiri
dari satu buah kendang, satu buah kempul atau gong dan dua buah saron.
Sedangkan di Olihsari ditambah dengan biola sebagai penambah efek musikal. Dari
segi busana, penari Seblang di Olihsari dan Bakungan mempunyai sedikit
perbedaan, khususnya pada bagian omprok atau mahkota.
Pada penari Seblang di desa Olihsari,
omprok biasanya terbuat dari pelepah pisang yang disuwir-suwir hingga menutupi
sebagian wajah penari, sedangkan bagian atasnya diberi bunga-bunga segar yang
biasanya diambil dari kebun atau area sekitar pemakaman, dan ditambah dengan
sebuah kaca kecil yang ditaruh di bagian tengah omprok.
Pada penari seblang wilayah Bakungan,
omprok yang dipakai sangat menyerupai omprok yang dipakai dalam pertunjukan
Gandrung, hanya saja bahan yang dipakai terbuat dari pelepah pisang dan dihiasi
bunga-bunga segar meski tidak sebanyak penari seblang di Olihsari. Disamping
unsure mistik, ritual Seblang ini juga memberikan hiburan bagi para pengunjung
maupun warga setempat, dimana banyak adegan-adegan lucu yang ditampilkan oleh
sang penari seblang ini.
Upacara kesenian ritual Seblang adalah
salah satu bentuk tradisi tari sakral yang bermotivasikan agraris spiritual.
Bertujuan untuk kemakmuran masyarakat, dengan mengupayakan kesuburan tanah atau
mengusir penyakit. Dengan mengadakan Seblang, masyarakat setempat akan
terhindar dari malapetaka.
3.
Mitos Antara Seblang Dan Dewi Sri
Tari Seblang bukanlah satu-satunya tari
tradisional Indonesia yang diadakan sebagai ungkapan rasa syukur atas kesuburan
tanaman yang mereka peroleh. Dalam budaya Jawa-Mataraman dikenal yang namanya
upacara Bersih Desa. Pada budaya Jawa non-Mataraman, dikenal pula upacara
Sedekah Bumi. Di Bugis-Makassar, ada upacara bernama Mappalili. Dalam budaya
Suku Dayak Kenyah yang berada di Kalimantan Timur ada pula upacara kesuburan
yang disebut Lepeq Majau. Di Bali ada upacara Mungkah, Mendak Sari atau Muat
Emping Ngaturan Sari.
Simbol kesuburan dilambangkan dengan
sesosok dewi cantik jelita bernama Dewi Sri. Lain daerah, lain pula nama simbol
padi dan kesuburannya. Dalam budaya Jawa, ada simbol yang bernama Nini Thowok.
Pada budaya Sunda, dikenal dewi bernama Nyi Pohaci Sangiang Sri Dangdayang
Tisnawati. Pada budaya Dayak, simbol padi dan kesuburan dilambangkan dengan
penokohan Bini Kabungsuan.
Tokoh Dewi Sri dalam budaya kesuburan
adalah sakral. Folklore tiap daerah pun mempunyai versi yang berbeda tentang
Dewi ini. Dalam folklore Sunda, Dewi Sri lahir dari sebutir telur dari air mata
seorang Dewa cacat bernama Dewa Anta. Konon, saking cantiknya sang Dewi, raja para
Dewa; Bathara Guru, jatuh cinta dan ingin mengawininya. Namun niat itu
digagalkan oleh dewa lain dengan cara membunuh Dewi Sri dan menguburkannya di
bumi. Beberapa hari kemudian, dari kuburannya muncul beberapa jenis tanaman
pangan. Dari bagian kepala, munculah kelapa. Dari bagian mata, tumbuh padi
biasa. Dari dadanya, muncullah padi ketan. Dari kemaluannya tumbuh pohon enau
dan dari bagian lain muncullah rerumputan. Kejadian di daerah lain, hampir
sama, yakni sosok sentral wanita meninggal. Lalu dari kuburannya muncul
tanaman-tanaman pangan.
Bukan hanya di Indonesia, Curt Sarch
sang penulis buku World History of the Dance mengungkapkan bahwa jauh sebelum
Masehi, para Shaman telah menciptakan hujan dengan ritual tari gembira. Kalau
anda penasaran seperti apa ghost dance atau rain dance ini, tengoklah sosok Jim
Morrison saat sedang tampil di atas panggung dan dalam keadaan trance. Morrison
yang terobsesi dengan budaya Indian akan menari-nari liar. Itulah ghost dance.
Di suku Amazon , ada tari bernama Tari
Itogapuk. Tari ini membentuk gerakan laki-laki dan perempuan yang saling
bersatu, melingkari sebuah tanaman, saling menempelkan pinggul lalu sang penari
perempuan digendong untuk kemudian dibawa pergi.
Ben Suharto, sang penulis buku Tayub;
Pertunjukan dan Ritus Kesuburan, mengungkapkan bahwa tari ritual kesuburan
selalu berusaha mencapai suatu sikap mistis tentang seksual dengan cara
mendekatkan manusia berbeda kelamin atau dengan cara saling melingkari.
Tari Seblang pun, melambangkan
kesuburan dengan simbol mahkota yang dipakai oleh sang penari yang dihias
dengan kembang aneka warna yang melambangkan kesuburan.
Satu
kesimpulan yang bisa ditarik dari sini adalah betapa wanita merupakan sosok
penting dalam mitos kesuburan, baik kesuburan tanaman maupun kesuburan
reproduksi.
Seperti
terdapat pada petikan dari sebuah naskah kuno bernama Atharvaveda yang berbunyi
"Perempuan datang sebagai lahan hidup; taburkanlah benih ke dalamnya, oh
para lelaki."
4.
The Uniqueness of Seblang Oleh Sari
Sebelum seblang olehsari dimulai, saya
bertanya kepada sekitar warga dan kepala adat (Bapak Ansori kala itu) tentang
apa hal yang unik dari tarian seblang oleh sari, secara sekilas beliau
menjelaskan hal-hal yang unik dari seblang yang telah ada sejak 1915 ini.
Keunikan dari ritual ini adalah
mengenai tempat ritual, Sebenarnya sudah ada tempat yang sudah di buatkan
khusus untuk penari seblang, yang terbuat dari bangunan, namun sejak tahun
2007, si penari menolak untuk di tempatkan di bangunan baru tersebut, si penari
lebih memilih tempat yang di buatkan dari panggung yang alami.
Selain itu masih banyak keunikan dari
ritual ini seperti terdapatnya Kiling, Payung Agung, Suara Sinden yang
merdu, dan tarian-tarian unik dari si penari seblang dan masih banyak
yang lainnya.
KEEP OUR CULTURE
Sumber:
Warga Desa Oleh Sari, Khususnya pemangku adat
0 Comments:
Posting Komentar