BThemes

18 September 2010

Wisata Budaya : Ritual Seblang Oleh Sari



Tradisi           : Seblang Olehsari
Lokasi           : Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi
Awal digelar : Sekitar Tahun 1915
Pelaksanaan : 2– 10 Syawal bulan Hijriah (tahun 2010), biasanya di gelar selama 7 hari di hitung dari hari raya ke 2
Waktu           : Pukul 14.00 – 17.00
Acara            : Ritual bersih Desa dan ungkapan syukur warga atas melimpahnya hasil tanam

Masih dalam suasana Idul Fitri, Rabu 15 September 2010 saya merasa terhentak untuk bisa menyaksikan langsung ritual adat Seblang Oleh Sari di Desa Olehsari (sekitar 5 km sebelah barat Kota Banyuwangi). Tidak begitu sulit mencari lokasi diselnggarakannya ritual ini, karena dari kejauhan sudah terdengar musik gamelan yang "ngelangut' sekakan-akan memanggil siapa saja untuk datang.
Walaupun prosesi dilaksanakan pada siang yang cukup terik, disekeliling arena telah berjubel masyarakat yang akan mengikuti acara Seblang meskipun acara masih di mulai 1 jam lagi (saya berangkat lebih awal, karena ingin meng interview masyarakat sekitar tentang ritual ini). Saya berhasil menemui ketua adat; Bapak Ansori, beliau menjelaskna banyak hal tentang Ritual tahunan ini.
Sejarah unik dari ritual ini yakni dahulu diantara kerumunan penonton itu selalu dibuka jalur yang disediakan untuk jalan tamu gaib yang naik kuda. Siapapun tak berani menginjak jalur atau menduduki kursi tersebut, karena untuk tamu-tamu gaib. Juga disediakan kursi-kursi kosong untuk tamu (saya tidak bersedia duduk karna saya harus mengabadikan ritual tersebut J ). Banyak hal yang bias saya dapatkan dengan datang langsung ke desa Olehsari ini.

1.      About Seblang Oleh Sari
Seblang merupakan upacara bersih desa untuk menolak balak yang diwujudkan dengan mementaskan kesenian sakral yang disebut: “Seblang” yang berbau mistis.Kabupaten Banyuwangi terdapat dua jenis Seblang; yakni Seblang Bakungan dan Seblang Oleh Sari. Seblang oleh sari ditarikan oleh wanita muda selama tujuh hari berturut – turut. Penari menari dalam keadaan kesurupan. Ia menari mengikuti gending atau lagu –lagu sebanyak 28 dan dinyanyikan oleh beberapa sinden.
Mengenai sejarah tentang ritual seblang oelhsari, catatan di buku historis di Desa Olehsari, Seblang pernah tidak diselenggarakan antara tahun 1943 s/d 1956. Bagi masyarakat Olehsari ketiadaan acara Seblang seperti merasa kehilangan sesuatu. Pageblug terjadi, panen banyak gagal dan serangan penyakit terhadap ternak dan manusia tak terhindarkan. Maka pada tahun 1957 acara tersebut dimulai lagi. Konon suasana jadi pulih.
Sebelum Ritual Seblang dilaksanakan, pada malam hari sebelumnya, masyarakat desa itu menggelar selamatan yang dikuti oleh seluruh warga. Pelaksanaan Ritual Seblang dilaksanakan 7 hari setiap sore dan prosesinya sama, kecuali pada hari terakhir ada prosesi Seblang Ider bumi, keliling kampung.
Pada prosesi gending "Kembang Dermo", Seblang menjual bunga. Bunga itu ditancapkan pada sebatang bambu kecil yang terdiri 3 kumtum bunga sehingga mudah untuk dibawa. Hampir semua masyarakat desa, para penonton berebut untuk membeli bunga itu. Bunga-bunga itu disimpan untuk ana-anak atau diletakkan disuatu tempat tertentu di rumah maupun di sawah yang dipercaya sebagai tolak balak untuk mengusir pengaruh-pengaruh jaht, balak penyakit maupun keberuntungan.
Prosesi berikutnya yang disebut "Tundikan", dimana Seblang mengundang tamu atau penonton untuk menari bersama di atas meja,seblang mengajak berkomunikasi interaktif dengan penonton dengan cara melemparkan selendang atau sampur kepada penonton.
Dalam keadaan kesurupan dan mata tertutup, Seblang menunjuk ke arah penonton dimana selendang yang dilemparkan tadi terjatuh atau mengenai seseorang. Penonton berharap bisa mendapatkan Tundik ini dan menari bersama seblang, karena dipercaya dia akan mendapat keberuntungan.

2.     Ritual Seblang
Pada awalnya kesenian Seblang merupakan bentuk kesenian berdasarkan mithologi, konon seblang adalah sisa dari kebudayaan para Hindu yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia pada masa lampau.
Menurut cerita dahulu Seblang dilakukan di setiap desa di Banyuwangi, namun sekarang hanya dapat dijumpai di dua desa dalam lingkungan kecamatan Glagah, Banyuwangi, yakni desa Bakungan dan Olihsari (Olehsari). Walaupun ada beberapa perbedaan diantara keduanya, tetapi pada dasarnya berintikan sama, yaitu : memanggil Roh Halus untuk menari melalui wadag seorang perempuan .
Upacara Seblang biasa dilakukan di pedesaan, konon pada abad ke XVI pernah dipindahkan ke istana oleh seorang bangsawan Blambangan yang bernama LOKENTO. Tetapi Seblang yang dilakukan di Pendopo Kadipaten dan dikenal orang dengan nama "Seblang Lokento" itu kini telah musnah.
Ritual ini dilaksanakan untuk keperluan bersih desa dan tolak bala, agar desa tetap dalam keadaan aman dan tentram. Ritual ini sama seperti ritual Sintren di wilayah Cirebon, Jaran Kepang, dan Sanghyang di Pulau Bali.
Penyelenggaraan tari Seblang di dua desa tersebut juga berbeda waktunya, di desa Olihsari diselenggarakan satu minggu setelah Idul Fitri, sedangkan di desa Bakungan yang bersebelahan, diselenggarakan seminggu setelah Idul Adha.
Para penarinya dipilih secara supranatural oleh dukun setempat, dan biasanya penari harus dipilih dari keturunan penari seblang sebelumnya. Di desa Olihsari, penarinya haruslah gadis yang belum akil baliq, sedangkan di Bakungan, penarinya haruslah wanita berusia 50 tahun ke atas yang telah mati haid (menopause).
Tari Seblang ini sebenarnya merupakan tradisi yang sangat tua, hingga sulit dilacak asal usul dimulainya. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa Seblang pertama yang diketahui adalah Semi, yang juga menjadi pelopor tari Gandrung wanita pertama (meninggal tahun 1973). Setelah sembuh dari sakitnya, maka nazar ibunya (Mak Midah atau Mak Milah) pun harus dipenuhi, Semi akhirnya dijadikan seblang dalam usia kanak-kanaknya hingga setelah menginjak remaja mulai menjadi penari Gandrung.
Tari Seblang ini dimulai dengan upacara yang dibuka oleh sang dukun desa atau pawang. Sang penari ditutup matanya oleh para ibu-ibu yang berada dibelakangnya, sambil memegang tempeh (nampan anyaman dari bambu). Sang dukun mengasapi sang penari dengan asap dupa sambil membaca mantera. Setelah sang penari kesurupan (taksadarkan diri atau kejiman dalam istilah lokal), dengan tanda jatuhnya tempeh tadi, maka pertunjukan pun dimulai. Si seblang yang sudah kejiman tadi menari dengan gerakan monoton, mata terpejam dan mengikuti arah sang pawang atau dukun serta irama gendhing yang dimainkan. Kadang juga berkeliling desa sambil menari. Setelah beberapa lama menari, kemudian si seblang melempar selendang yang digulung ke arah penonton, penonton yang terkena selendang tersebut harus mau menari bersama si Seblang. Jika tidak, maka dia akan dikejar-kejar oleh Seblang sampai mau menari.
Musik pengiring Seblang hanya terdiri dari satu buah kendang, satu buah kempul atau gong dan dua buah saron. Sedangkan di Olihsari ditambah dengan biola sebagai penambah efek musikal. Dari segi busana, penari Seblang di Olihsari dan Bakungan mempunyai sedikit perbedaan, khususnya pada bagian omprok atau mahkota.
Pada penari Seblang di desa Olihsari, omprok biasanya terbuat dari pelepah pisang yang disuwir-suwir hingga menutupi sebagian wajah penari, sedangkan bagian atasnya diberi bunga-bunga segar yang biasanya diambil dari kebun atau area sekitar pemakaman, dan ditambah dengan sebuah kaca kecil yang ditaruh di bagian tengah omprok.
Pada penari seblang wilayah Bakungan, omprok yang dipakai sangat menyerupai omprok yang dipakai dalam pertunjukan Gandrung, hanya saja bahan yang dipakai terbuat dari pelepah pisang dan dihiasi bunga-bunga segar meski tidak sebanyak penari seblang di Olihsari. Disamping unsure mistik, ritual Seblang ini juga memberikan hiburan bagi para pengunjung maupun warga setempat, dimana banyak adegan-adegan lucu yang ditampilkan oleh sang penari seblang ini.
Upacara kesenian ritual Seblang adalah salah satu bentuk tradisi tari sakral yang bermotivasikan agraris spiritual. Bertujuan untuk kemakmuran masyarakat, dengan mengupayakan kesuburan tanah atau mengusir penyakit. Dengan mengadakan Seblang, masyarakat setempat akan terhindar dari malapetaka.

3. Mitos Antara Seblang Dan Dewi Sri
Tari Seblang bukanlah satu-satunya tari tradisional Indonesia yang diadakan sebagai ungkapan rasa syukur atas kesuburan tanaman yang mereka peroleh. Dalam budaya Jawa-Mataraman dikenal yang namanya upacara Bersih Desa. Pada budaya Jawa non-Mataraman, dikenal pula upacara Sedekah Bumi. Di Bugis-Makassar, ada upacara bernama Mappalili. Dalam budaya Suku Dayak Kenyah yang berada di Kalimantan Timur ada pula upacara kesuburan yang disebut Lepeq Majau. Di Bali ada upacara Mungkah, Mendak Sari atau Muat Emping Ngaturan Sari.
Simbol kesuburan dilambangkan dengan sesosok dewi cantik jelita bernama Dewi Sri. Lain daerah, lain pula nama simbol padi dan kesuburannya. Dalam budaya Jawa, ada simbol yang bernama Nini Thowok. Pada budaya Sunda, dikenal dewi bernama Nyi Pohaci Sangiang Sri Dangdayang Tisnawati. Pada budaya Dayak, simbol padi dan kesuburan dilambangkan dengan penokohan Bini Kabungsuan.
Tokoh Dewi Sri dalam budaya kesuburan adalah sakral. Folklore tiap daerah pun mempunyai versi yang berbeda tentang Dewi ini. Dalam folklore Sunda, Dewi Sri lahir dari sebutir telur dari air mata seorang Dewa cacat bernama Dewa Anta. Konon, saking cantiknya sang Dewi, raja para Dewa; Bathara Guru, jatuh cinta dan ingin mengawininya. Namun niat itu digagalkan oleh dewa lain dengan cara membunuh Dewi Sri dan menguburkannya di bumi. Beberapa hari kemudian, dari kuburannya muncul beberapa jenis tanaman pangan. Dari bagian kepala, munculah kelapa. Dari bagian mata, tumbuh padi biasa. Dari dadanya, muncullah padi ketan. Dari kemaluannya tumbuh pohon enau dan dari bagian lain muncullah rerumputan. Kejadian di daerah lain, hampir sama, yakni sosok sentral wanita meninggal. Lalu dari kuburannya muncul tanaman-tanaman pangan.
Bukan hanya di Indonesia, Curt Sarch sang penulis buku World History of the Dance mengungkapkan bahwa jauh sebelum Masehi, para Shaman telah menciptakan hujan dengan ritual tari gembira. Kalau anda penasaran seperti apa ghost dance atau rain dance ini, tengoklah sosok Jim Morrison saat sedang tampil di atas panggung dan dalam keadaan trance. Morrison yang terobsesi dengan budaya Indian akan menari-nari liar. Itulah ghost dance.
Di suku Amazon , ada tari bernama Tari Itogapuk. Tari ini membentuk gerakan laki-laki dan perempuan yang saling bersatu, melingkari sebuah tanaman, saling menempelkan pinggul lalu sang penari perempuan digendong untuk kemudian dibawa pergi.
Ben Suharto, sang penulis buku Tayub; Pertunjukan dan Ritus Kesuburan, mengungkapkan bahwa tari ritual kesuburan selalu berusaha mencapai suatu sikap mistis tentang seksual dengan cara mendekatkan manusia berbeda kelamin atau dengan cara saling melingkari.
Tari Seblang pun, melambangkan kesuburan dengan simbol mahkota yang dipakai oleh sang penari yang dihias dengan kembang aneka warna yang melambangkan kesuburan.
Satu kesimpulan yang bisa ditarik dari sini adalah betapa wanita merupakan sosok penting dalam mitos kesuburan, baik kesuburan tanaman maupun kesuburan reproduksi.
Seperti terdapat pada petikan dari sebuah naskah kuno bernama Atharvaveda yang berbunyi "Perempuan datang sebagai lahan hidup; taburkanlah benih ke dalamnya, oh para lelaki."

4.     The Uniqueness of Seblang Oleh Sari
Sebelum seblang olehsari dimulai, saya bertanya kepada sekitar warga dan kepala adat (Bapak Ansori kala itu) tentang apa hal yang unik dari tarian seblang oleh sari, secara sekilas beliau menjelaskan hal-hal yang unik dari seblang yang telah ada sejak 1915 ini.
Keunikan dari ritual ini adalah mengenai tempat ritual, Sebenarnya sudah ada tempat yang sudah di buatkan khusus untuk penari seblang, yang terbuat dari bangunan, namun sejak tahun 2007, si penari menolak untuk di tempatkan di bangunan baru tersebut, si penari lebih memilih tempat yang di buatkan dari panggung yang alami.
Selain itu masih banyak keunikan dari ritual ini seperti terdapatnya Kiling, Payung Agung, Suara Sinden yang merdu, dan tarian-tarian unik dari si penari seblang dan masih banyak yang lainnya.
KEEP OUR CULTURE

Sumber:
Warga Desa Oleh Sari, Khususnya pemangku adat

0 Comments:

Posting Komentar