BThemes

23 Juli 2010

Kilas Balik Jebeng Thulik Banyuwangi



SAMA seperti kota-kota besar lainnya, Banyuwangi juga memiliki pasangan muda-mudi sebagai simbol komunitas kehidupan warga setempat. Jika di Jakarta ada abang-nona, Banyuwangi memiliki pasangan sejoli yang dikenal dengan jebeng-thulik. Pasangan ini adalah perwujudan muda-mudi yang cantik dan ganteng rupawan.
Istilah ‘jebeng-thulik’ diambil dari bahasa using. Jebeng bisa dikatakan mewakili gadis muda dan thulik simbol pemuda. Dalam kehidupan sehar-hari, suku using menyebut kaum remaja perempuan dengan panggilan beng, sedangkan remaja laki-laki dipanggil dengan lik. Seiring perkembangan zaman, jebeng-thulik kian menjadi ikon khusus bagi Banyuwangi. Tiap datangnya hari jadi kota Banyuwangi selalu ditandai acara akbar pemilihan jebeng-thulik.
Pemilihan Jebeng-Thulik pertama kali digelar 1996. Saat itu Banyuwangi dipimpin Bupati T. Purnomo Sidik. Tujuannya, guna menambah khazanah aset pariwisata di bumi Blambangan. Pemilihan jebeng-thulik selalu melibatkan tokoh seniman dan cendekiawan Banyuwangi.
Mereka yang terjaring berasal dari duta masing-masing kecamatan. Penilaian bukan hanya didasarkan pada wajah cantik dan ganteng. Tiap peserta yang terjaring wajib menjalani karantina khusus selama tujuh hari. Selama itu, peserta diberi pelajaran seputar budaya, sosial dan komunikasi kemasyarakatan. Hal yang paling ditekankan, pentingnya menghargai dan melestarikan budaya asli Banyuwangi, mulai dari bahasa, adat- istiadat hingga kegiatan promosi ke luar daerah.
Mereka yang masuk babak final umumnya memiliki keahlian dan talenta khusus. Salah satunya, cakap berbahasa Inggris dan mampu berkomunikasi dengan baik. Komunikasi ini diharapkan menjadi sarana ampuh untuk menjadi duta wisata.
Selama proses pemilihan, peserta jebeng-thulik wajib mengenakan baju khas Banyuwangi, yakni, kebaya dan kerudung bagi jebeng. Thulik menggunakan baju celana safari dan mengenakan ikat kepala dua cucuk.
Ajang pemilihan jebeng-thulik selalu mendapat perhatian besar masyarakat. Selama acara berlangsung, ratusan orang pendukung masing-masing calon memadati arena kegiatan, persis pemilihan ratu kecantikan dunia.
Mereka yang terpilih mendapat tugas menjadi duta wisata Banyuwangi, di daerah sendiri maupun di luar daerah Mereka sudah dibekali pelajaran khusus untuk promosi wisata. Ini yang makin menarik minat wisatawan, ujar Andang CY, tokoh pemerhati jebeng-thulik. Pasangan jebeng-thulik yang purnatugas secara otomatis bergabung dalam paguyuban jebeng-thulik.
Selain jebeng-thulik, Banyuwangi memiliki sebutan lain untuk pasangan laki-perempuan, yakni, ‘anang-adon’ untuk sebutan kakek-nenek dan ‘kakang-embok’ untuk panggilan laki-perempuan. Bedanya, dua sebutan pasangan ini tidak pernah ditampilkan dalam ajang pemilihan. Penobatan anang-adon sempat satu kali diberikan kepada mantan Bupati Banyuwangi Samsul Hadi dan istrinya, Erna Samsul Hadi. Gelar ini sengaja diberikan para budayawan Banyuwangi sebagai wujud terima kasih kepada keduanya. Dua pasangan ini dinilai berjasa terhadap pengembangan seni dan budaya using. Mereka terbilang sukses melestarikan budaya using.

Sumber:
Pjtbanyuwangi.blogspot.com

0 Comments:

Posting Komentar