BThemes

8 Februari 2012

Laporan Penelitian - IRM (ISI)


BAB I
PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang Masalah
Pada Undang-undang Pendidikan dan Pengajaran Republik Indonesia Serikat No. 4/1950 yang kemudian menjadi UU Pendidikan dan pengajaran RI. No. 12/1954, pada Bab II pasal 3, menyebutkan tentang tujuan Pendidikan dan Pengajaran, Yakni: “Tujuan Pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”. Mulyasa (2006) dalam bukunya tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi menjelaskan tujuan pendidikan nasional secara mikro bahwa pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, beretika, memiliki nalar, berkemampuan komunikasi sosial. Dalam kehidupan suatu Negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Dalam referensi lain, tujuan pendidikan merupakan tiang sangga kurikulum lembaga pendidikan yang memberikan karakteristik masing-masing. Tujuan pendidikan ini dalam Alqur’an sayng sangat memperhatikan komponen-komponen dasar tabiat manusai (terhadap masalah sosial).
Pendidikan adalah hal yang sangat urgent dalam kehidupan masa sekarang ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa pentingnya pendidikan akan memacu perubahan sosial ekonomi yang pada saat ini semakin berkembang. Secara signifikan bisa kita lihat pada masyarakat kota yang mana kebanyakan dari mereka yang mempunyai status yang tinggi rata-rata adalah mereka-mereka yang mempunyai pendidikan tinggi. Namun banyak sekali anak-anak yang tidak mempunyai pendidikan yang layak yang disebabkan ekonomi yang mana seseorang tidak mampu membiayai anak-anak mereka untuk melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya khususnya pada masyarakat desa.
Pada dasarnya problem yang terjadi pada pendidikan ini, Pemerintah telah memberikan kebijakan yaitu dengan memberikan Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yaitu untuk membantu anak-anak yang tidak mampu untuk melanjutkan sekolah dan membebaskan mereka untuk tidak membayar SPP ataupun biaya lain, meskipun ada sekolah-sekolah yang masih mumungut biaya pendidikan untuk perkembangan sekolah tersebut. Karena itulah masih banyak sekali anak yang tidak mendapatkan pendidikan formal secara layak karena ketidak-mampuan orang tua untuk membayar tambahan biaya sekolah. Hal tersebut terjadi karena adanya beberapa faktor, salah satunya adalah motivasi orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Banyak anak yang orang tuanya kurang mampu (kategori ekonomi rendah) namun mereka tidak berputus asa untuk menyekolahkan anaknya.
Berdasarkan fenomena-fenomena diatas maka, para peneliti ingin mengetahui motivasi orang tua untuk menyekolahkan anak yang di adakan di Desa Sumbergondo 01 dan 02 pada tanggal 20-22 Mei 2010. Peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh ekonomi terhadap motivasi masyarakat Sumbergondo untuk memyekolahkan anak-anak mereka baik dari kalangan orangtua yang mempunyai penghasilan yang besar maupun dari kalangan orangtua yang berpenghasilan rendah.

    1. Rumusan Masalah
  1. Bagaimanakah tingkat ekonomi masyarakat Desa Sumbergondo?
  2. Sejauh mana pengaruh ekonomi terhadap motivasi orang tua di Desa Sumbergondo dalam menyekolahkan anak?

    1. Tujuan Penelitian
  1. Untuk mengetahui tingkat ekonomi masyarakat Sumbergondo.
  2. Untuk mengetahui pengaruh ekonomi terhadap motivasi orangtua dalam menyekolahkan anak di Desa Sumbergondo
I.4. Landasan Teori
1.4.1 Teori Motivasi Sosial Mc Clelland
Mc Clelland berpendapat bahwa timbulnya tingkah laku karena dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Dalam konsep mengenai motivasi, dalam individu ada tiga kebutuhan pokok yang mendorong tingkah lakunya. Konsep motivasi ini dikenal dengan Social Motives Theory, yaitu:

1.4.1.a. Need for achievement
Merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan standarkesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan ini berhubungan erat dengan pekerjaan, dan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi tertentu.

1.4.1.b. Need for affiliation
Merupakan kebutuhan akan kehangatan dan sokongannya dalam hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain.
1.4.1.c. Need for power
Kebutuhan untuk menguyasai dan mempengaruhi terhadap orang lain. Kebutuhan ini menyebabkan orang yang bersangkutan tidak atau kurang memeperdulikan perasaan orang lain.
Pada kehidupan sehari-hari, ketiga kebutuhan di atas akan selalu muncul pada tingkah laku individu, hanya saja nkekuatannya tidak sama antara kebutuhan-kebutuhan itu pada diri nseseorang.
Teori motivasi dari Mc clelland bila dihubungkan dengan teori motivasinya model Maslow maka arah motivasi model Mc Clelleand lebih menitikberatkan pada pemuasan kebutuhan yang bersifat sosial, oleh karenanya teori motivasi Mc Clelleand disebut teori motivasi sosial.


I.5. Perumusan Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah semakin kaya seseorang, maka motivasi menyekolahkan anak semakin tinggi (semakin kaya orang tua, semakin tinggi pendidikan anak).

I.6. Metodologi
I.6.1. Pendefinisian konsep
Pengaruh ekonomi masyarakat adalah tingkat kelayakan hidup masyarakat atau tingkat pendapatan masyarakat yang mempengaruhi semua kreativitas. Pendidikan anak adalah pengetahuan yang diberikan oleh orang tua terhadap anak melalui suatu insitusi pendidikan dengan tujuan untuk memperoleh masa depan yang cerah.
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Atau seperti dikemukakan oleh Sartain dalam bukunya psychology Understanding of Human Behaviour: Motifasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatum tujuan atau perangsang. Apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun yang kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung risiko, selalu ada motivasinya (purwanto, 1988:69).

I.6.2. Penentuan Lokasi dan Unit Populasi Penelitian
Dimanapun kita berada, kita dapat melakukan penelitian bahkan disekeliling kita pun bisa melakukannya. Namun kali ini Kami melakukan penelitian di daerah lereng gunung Arjuno, tepatnya di desa Sumbergondo yang terdiri dari tiga dusun yakni Dusun Tegalsari, Dusun Segundu, dan Dusun Sengonan. Kami memilih desa ini karna kami ingin meneliti lebih dalam tentang pendidikan anak-anak di desa ini. Seberapa besarkah minat atau Motivasi torang tua dalam menyekolahkan anaknya, karena dari yang Kami ketahui sementara, desa ini tergolong sebagai desa penghasil apel yang tinggi yang bisa dikatakan memiliki modal lebih untuk menyekolahkan anak hingga ke jenjang pendidikan tertinggi. Sebagaimana pada umumnya ketika orang tua memiliki perekonomian yang tinggi maka minat untuk menyekolahkan anaknya semakin besar, dan juga sebaliknya. Oleh karena itu, Kami memilih desa ini sebagai objek penelitian Kami.
Populasi didefinisikan sebagai suatu kelompok subjek yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2010: 77). Menurut Arikunto (2006: 130) populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang kami ambil adalah sebagian saja dari masyarakat desa Sumbergondo dari 3 dukuh sebesar 50 orang. Statusnya pun kami tidak memilih untuk mengambil populasi dari keluarga yang tergolong kaya saja tapi kami juga mengambil populasi dari keluarga yang tergolong dalam perekonomian sedang dan rendah sebagai pembandingnya.

I.6.3. Teknik Penarikan Sample
Sampel menurut Arikunto (2006: 131) adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Azwar (2010: 79) juga mengatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi. Karena merupakan bagian dari populasi, tentulah harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasi. Lebih lanjut Arikunto (2006: 134) mengatakan apabila subjek kurang dari 100 maka lebih baik jumlah tersebut diambil semua, sehingga penelitian menjadi penelitian populasi, selanjutnya apabila jumlah subjek besar atau lebih dari 100 orang maka dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih, tergantung setidak- tidaknya dari:
        1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana
        2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data
        3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.

Penelitian tentang pengaruh ekonomi masyarakat Desa Sumber Gondo terhadap motivasi menyekolahkan anak di desa Sumbergondo ini menggunakan teknik penarikan sample yaitu dengan sampel random yang mana semua orang dalam populasi mempunyai kesempatan dan kebebasan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Pada penelitian ini teknik sampel random adalah cara yang terbaik untuk memilih sampel yang representative. Dalam penarikan sampel ini Setiap warga dari berbagai status memiliki kesempatan yang sama dalam pendidikan sehingga kita bisa mengambil sample secara random.

I.6.4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menurut Arikunto (2005: 100-101) adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Cara menunjuk pada suatu yang abstrak, tidak dapat diwujudkan dalam benda yang kasat mata, tetapi hanya dapat dipertontonkan penggunaannya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
  1. Teknik Observasi
Arikunto (2006: 156) menjelaskan observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Selanjutnya observasi menurut Rahayu dan Ardani (2004: 1) merupakan kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.

  1. Teknik Interview
Menurut Hadi (dalam Rahayu dan Ardani, 2004: 63) wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Arikunto (2006: 155) mengatakan bahwa wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Peneliti menggunakan teknik interview (wawancara) karena peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti dan ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini berdasarkan dari pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya ada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Wawancara ini dilakukan secara terstruktur karena peneliti telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannyapun telah disiapkan. Dengan teknik ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya.

I.6.5. Teknik Analisis Data
Analis data merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti setelah data terkumpul. Analis data penelitian kuantitatif adalah menggunakan analis statistik yang terbagi dalam statistik deskriptif dan inferensial. Analis Deskriptif, digunakan untuk membantu peneliti mendeskripsikan cirri-ciri variable-variabel yang diteliti atau merangkum hasil pengamatan penelitian yang telah dilakukan tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (generalisasi dari hasil penelitian) dari data yang diperoleh dari populasi atau sampel kajian; statistik deskriptif berkaitan dengan kegiatan pencatatan, penyusunan, penyajian dan peringkasan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data-data yang hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian-kejadian atau fenomena-fenomena secara kuantitatif. Analis deskriptif dengan menggunakan (ukuran kecenderungan memusat (Mesures of Central Tendency), ukuran keberagaman (Measure of Variability), yang sesuai dengan skala pengukuran. Sedangkan Analis inferensial digunakan peneliti untuk menetapkan sejauh manakah ia dapat menyimpulkan hasil penelitian dari data yang diperoleh dalam kelompok subyek yang terbatas (sampel) bagi populasi penelitian. Penelitian seperti ini biasanya dilakukan karena populasi penelitian terlalu besar dan peneliti terbatas untuk meneliti semua subjek dalam populasi. Peneliti membuat hipotesis penelitian, sebelumnya peneliti harus memahami ujian statistik apa yang sesuai digunakan (Dr. Iskandar, M.Pd: 2009).
G.E.R. Burroughs mengemukakan klasifikasi analisis data sebagai berikut: a) tabulasi data (the tabulation of the data), b) penyimpulan data (the summarizing of the data), c) analisis data untuk tujuan testing hipotesis, dan d) analisis data untuk tujuan penarikan kesimpulan (Arikunto, 1993: 206).
Dalam proses analisis data, langkah awal kita membuat tabulasi untuk elemen-elemen yang ada pada instrument yang kami gunakan dan juga tabulasi tersebut kami gunakan untuk menganalisis hubungan keterkaitan antara dua variabel. Dari itu kami menyimpulkan data yang kami peroleh dan selanjutnya kami analisis data tersebut untuk menguji hipotesis yang telah ada diatas.
Setelah semua data kami dapatkan, selanjutnya yang akan kami lakukan adalah menganalisis data. Adapun analisis datanya kami mengolahnya tidak hanya dengan satu cara tapi dengan beberapa cara, yaitu dengan cara membuat tabulasi pertanyaan, pencarian instrument penelitian, interview, pengumpulan data dan analisa hasil data, kemudian diolah dan dianalisa dalam rangka upaya menjawab rumusan masalah dan hipotesis penelitian yang telah dicanangkan.


















BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

II.1. Sejarah Desa
Desa Sumbergondo merupakan salah satu desa yang berada di sebelah selatan lereng gunung Arjuna yang termasuk salah satu desa di Kota Batu. Sejarah Desa Sumbergondo erat hubungannya dengan salah satu kerajaan Hindu Jawa, yaitu kerajaan Mataram kuno yang waktu itu diperintah oleh Raja Empu Sindok (Dinasti Isyana) yang memindahkan pusat kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada tahun 929 M. Desa Sumbergondo pada jaman itu pernah di huni ataupun pernah dijadikan tempat persinggahan, hal itu dapat dibuktikan dengan patung (stupa) di lokasi Punden Banteng, batu lumpang dan ukiran batu di dekat punden Mbah Mertani.
Menurut sesepuh desa H. FAKIH (mantan Carik tahun 1955), P. SUWOKO (tokoh warga Tegalsari yang memiliki garis keturunan dari Mbah SINGODRONO) dan Bapak Sulian (mantan Bayan yang leluhurnya adalah salah satu Aris/Kepala Desa di Desa Sumbergondo) bahwa dulu di Punden Banteng terdapat Prasasti ( saat ini sudah hilang di curi orang) bertuliskan di bawah pohon Kalpataru ada Kepala Gajah bertuliskan SONYO WONO GIRI jika kita artikan secara candra sengkala adalah sonyo = suwung ( kosong atau 0 ) wono = 6 dan giri = 7 sehingga dibalik menjadi Tahun 760 Jawa, sedang menurut bahasa berarti Desa Sumbergondo Dulunya merupakan daerah hutan belantara di pegunungan yang suwung atau kosong tak berpenghuni.
Orang yang pertama kali babat alas atau bedah krawang Desa Sumbergondo adalah Mbah Mertani. Beliau datang ke Desa Sumbergondo bersama sang putera Mas Joko Boendoe dan temannya Sentono dan Bentono, datang ke desa Sumbergondo (Goendoe) untuk pertama kali dan membuka / babat alas di desa pada Bulan Rejeb pada hari senin kliwon (untuk tahunnya tidak diketahui). Pada bulan dan hari tersebut setiap tahunnya secara adat turun temurun diperingati oleh Masyarakat.
Sumbergondo (SEGOENDU, TEGALSARI, SENGONAN) sebagai hari jadi Desa Sumbergondo. Asal nama SUMBERGONDO sendiri sebenarnya adalah SEGOENDOE, berasal dari nama Pendiri Desa Sumbergondo Mas Joko Boendoe putera Mbah Mertani. Menurut mitos warga Desa Sumbergondo dari turun temurun Mas Joko Boendoe adalah perjaka yang jujur dan gemar tidur.
Desa Sumbergondo maju dan berkembang setelah datangnya Singo Drono yang merupakan bekas pejuang Pangeran Diponegoro (1830), beliau melarikan diri dari kejaran pasukan Belanda dari Mataram. Karena pengaruh, kewibawaannya dan ia memiliki wawasan serta kelebihan lainnya maka ia oleh warga asli dijadikan Petinggi / Bekel / Aris / Kepala Desa pertama di Desa SEGOENDOE/ SUMBERGONDO.

II.2. BATAS DAN LUAS WILAYAH DESA SUMBERGONDO
  1. Batas-batas Desa Sumbergondo sebagai berikut :
Sebelah Utara : Hutan
Sebelah Timur : Desa Bulukerto
Sebelah Selatan : Desa Bulukerto dan Desa Punten
Sebelah Barat : Desa Punten dan Desa Tulungrejo

Luas Wilayah

Luas Desa seluruhnya : 573 Ha, terdiri dari :
Perumahan/Pekarangan : 17 Ha
Sawah : 35 Ha
Ladang/tegal : 103 Ha
Kebun percobaan : - Ha
Hutan : 367 Ha
Lain-lain : 8 Ha




BAB III
KARAKTERISTIK DATA RESPONDEN

III.1. Identitas Responden
III.1.1. Jenis Kelamin Responden
Tabel 1. Jenis Kelamin responden
Jenis Kelamin
F
%
Laki-laki
25
50%
Perempuan
25
50%
Jumlah
50
100%

Dari tabel di atas bisa kita simpulkan bahwa dari 50 total responden yang telah di teliti antara masyarakat laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang sama yakni 50% masyarakat yang berjenis kelamin Laki-laki dan 50% masyarakat berjenis kelamin Perempuan.

III.1.2. Usia Responden
Tabel 2. Usia responden
Usia
F
%
<20
0
0%
21-31
6
12%
32-41
15
30%
42-51
11
22%
>52
18
36%
Jumlah
50
100%

Penduduk Desa Sumbergondo dapat dikategorikan penduduk yang mayoritas usia masyarakatnya antara usia muda dan usia dewasa sebesar 64%. Penduduk yang tergolong usia muda (usia antara 21-31) sebesar 12%, yang berusia dewasa(usia 32-51) sebesar 52%, dan sisanya usia tua (usia diatas 52) sebesar 36%. Hal ini menggambarkan bahwa penduduk di Desa Sumbergondo telah mempunyai pekerjaan yang dapat mendukung perekonomian untuk kehidupan keluarga sehari-hari.
III.1.3. Pendidikan Responden
Table 3. Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan
F
%
SD
31
62%
SMP
9
18%
SMA
9
18%
PT
1
2%
Jumlah
50
100%

Berdasarkan tabel di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa mayoritas tingkat pendidikan masyarakat di desa Sumbergondo tergolong rendah dengan prosentase sebesar 62%. Sedangkan masyarakat yang tergolong pendidikannya menengah seperti minat untuk Ke SMP atau SMA itu sangat rendah dengan prosentase sama-sama sebesar 18%. Tingkat pendidikan untuk PT masyarakat di desa tersebut sangat minim sekali dengan prosentase sebesar 2%. Hal ini di karenakan masyarakat di Desa Sumbergondo tingkat ekonominya berbeda-beda, tapi kebanyakan di desa tersebut adalah petani sehingga masyarakat di Desa Sumbergondo tidak begitu mementingkan pendidikan.
Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui apakah pendidikan orang tua dimasa mudanya akan berpengaruh terhadap motivasi mereka menyekolahkan anak atau bisa terjadi sebaliknya, yang akan dibandingkan antara pendidikan orang tua dengan motivasi orang tua sendiri (lihat tabel 12).
III.1.4. Pekerjaan Responden
Tabel 4. Pekerjaan Responden
Pekerjaan
F
%
Guru
1
2%
Petani
28
56%
Buruh
3
6%
Lain-lain
18
36%
Jumlah
50
100%

Berdasarkan tabel 4 di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa mayoritas penduduk Desa Sumbergondo berprofesi sebagai petani dengan prosentase sebesar 56%. Sedangkan sebagian kecil penduduknya berprofesi sebagai guru dengan prosentase 2%, 6% sebagai buruh dan sisanya 36% adalah lain-lain misalnya: ibu rumahtangga, supir angkot, kuli bangunan, pedagang yang terbagi atas penjual bakso, penjaga toko, dll. Dan dapat kita dapatkan sebuah tabel baru sebagamana berikut:
Tabel 5. Pekerjaan Lain-lain
Jenis Pekerjaan
F
%
Pedagang
9
18%
IRT
6
9%
Reparasi
1
3%
Pegangguran
1
3%
tukang pijet
1
3%
Jumlah
18
36%

Dari Tabel 5 tersebut diatas, kita dapat mengetahui bahwa dari 18 total responden yang memiliki pekerjaan lain dapat dijabarkan bahwa sekitar 18% atau 9 responden merupakan pedagang yang terbagi atas pedagang Sayur, Penjaga Toko, Penjual Bakso. Dan sekitar 9% responden adalah bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan sisanya (masing-masing 3% atau 1 responden) merupakan reparasi (tambal ban), Pengangguran dan tukang pijet.

III.2. Kehidupan Ekonomi Responden
Tabel 6. Tingkat Ekonomi responden
No
Ekonomi
Pilihan
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
F
%
F
%
F
%
F
%
1
Penghasilan Perbulan
19
38%
16
32%
15
30%
-
-
2
Memenuhi Kebutuhan
6
12%
5
10%
39
78%
-
-
3
Pengeluaran
1
2%
6
12%
25
50%
18
36%
4
Tabungan
2
4%
2
4%
28
56%
18
36%
5
Pengaruh Memiki Elektronik
5
10%
2
4%
9
18%
34
68%
6
Kepemilikan Elektronik
3
6%
35
70%
5
10%
7
14%
Berdasarkan dari data tabel diatas bisa disimpulkan bahwa status ekonomi pada masyarakat di Desa Sumbergondo beragam mulai dari yang sangat miskin, miskin, kaya, dan sangat kaya. Namun pada dasarnya perekonomian penduduk di desa ini merata tidak ada perbedaan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan karena mayoritas masyarakat desa Sumbergondo memiliki mata pencaharian yang sama, yaitu sebagai petani buah dan sayur.

III.3. Kehidupan Sosial Responden Dalam Masyarakat Desa Sumbergondo
Tabel 7. Tingkat kepekaan Sosial
No
Sosial
Intensitas
Tidak pernah
Jarang
Sering
Selalu
F
%
F
%
F
%
F
%
1
Kerja Bakti
5
10%
6
12%
19
38%
20
40%
2
Melayat
1
2%
1
2%
18
36%
30
60%
3
Bersih Desa
5
10%
4
8%
20
40%
21
42%
4
BAKSOS
5
10%
4
8%
20
40%
21
42%
5
Yasinan / Tahlilan
5
10%
1
2%
18
36%
26
52%
6
Pengembangan Desa
8
16%
12
24%
16
32%
14
28%

Pada tabel di atas bisa kita lihat bahwa penduduk di Desa Sumbergondo mempunyai solidaritas yang tinggi pada kegiatan-kegiatan sosial. Rata-rata prosentase dari keikutsertaan masyarakat sangat tinggi misalnya keikut-sertaan masyarakat pada kegiatan kerja bakti sejumlah 40, bersih desa dan BAKSOS dengan prosentase 42%, tahlilan / yasinan sejumlah 52 % dan yang paling besar prosentasenya yaitu melayat dengan besar prosentase 60%. Dan dengan melihat tabel diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa hanya sebagian kecil dari masyarakat di Sumbergondo ini yang jarang atau tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan sosial yang ditandai prosentase yang sangat minim.





III.4. Status Kehidupan Responden Dalam Masyarakat Desa Sumbergondo
Tabel 8. Status kehidupan Masyarakat
No
Status
Intensitas
Tidak pernah
Pernah
Kadang-kadang
Sering
F
%
F
%
F
%
F
%
1
Keterlibatan Organisasi
2
4%
1
2%
23
46%
24
48%
2
Jabatan dalam Organisasi
22
54%
-
-
-
-
2
4%
3
Organisasi yang ada
26
48%
13
26%
3
6%
8
16%
4
Frequensi Organisasi
21
42%
3
6%
8
16%
17
34%

Sesuai keterangan dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat kegiatan organisasi di desa Sumbergondo yang rutin dilaksanakan penduduk desa setempat. Seperti organisasi PKK dan Karang taruna, yang menjadi wadah masyarakat Sumbergondo untuk mengembangkan desanya. Organisasi ini diikuti oleh warga dari berbagai kalangan baik warga yang sangat miskin, miskin dan kaya karena pada organisasi ini warga desa dibebaskan untuk memilih organisasi apa yang mereka ingin ikuti. Dalam mengikuti kegiatan organisasi di desa sumbergondo masyarakat terlihat antusias. Hal ini dilihat dari jumlah prosentase 48% tingkat keikutsertaan warga mengikuti organisasi.

III.5. Kehidupan Religi
Dalam kehidupan religi, masyarakat Sumbergondo termasuk masyarakat yang aktif dalam kegiatan keagamaan, kita bisa melihat pada tabel 7 tentang kehidupan sosial. Masyarakat sering mengadakan kegiatan keagamaan yang dalam hal ini adalah tahlil / Yasinan, ada sekitar 52% masyarakat yang selalu mengikuti kegiatan keagamaan, da nada sekitar 36% masyarakat yang mengaku sering mengikuti kegiatan tersebut untuk lebih mendekatkan diri pada sang pemberi dengan mengikuti tahlil / yasinan yang diadakan dengan system arisan, yakni tidak bermukim pada satu tempat, sistem ini digunakan tidak hanya untuk mendekatkan diri pada sang khalik, tapi juga untuk merekatkan tali silaturrahmi dengan mengikuti kegiatan keagamaan ini. Meskipun ada sekitar 10% responden yang sama sekali tidak pernah mengikuti kegiatan tersebut dan sekitar 2% masyarkat yang jarang mengikuti, acara ini selalu dijalankan sesuai kawasan di desa Sumbergondo.

III.6. Mobilitas Kehidupan Responden
Tabel 9. Mobilitas Kehidupan Responden
No
Mobilitas
Pilihan
F
%
F
%
F
%
F
%
1
Kependudukan
Migrasi
Penduduk Asli
-
-
18
36%
32
64%
-
-
-
-
2
Alasan Pindah
Pernikahan
Pekerjaan
Lain-lain
-
9
18%
6
12%
2
4%
-
-
3
Pola Hidup
Sederhana
Biasa
Mewah


21
42%
25
50%
4
8%
-
-
4
Tingkat Kepuasan Hidup
Tidak puas
Biasa
Puas


3
6%
18
36%
29
58%
-
-
5
Jumlah Anak
1
2
3
>3
17
34%
13
26%
14
28%
5
10%
6
Penguasaan Teknologi
Tidak bisa
Kadang-kadang
Bisa
-
21
42%
13
26%
16
32%
-
-
7
Keluar kota
Tidak pernah
Jarang
Sering
Sangat sering
15
30%
22
44%
2
4%
11
22%
Berdasarkan pada tabel diatas bisa kita simpulkan bahwa data yang kami peroleh kebanyakan penduduk desa sumbergondo merupakan asli penduduk desa ini dengan prosentase sebesar 64%, sementara untuk masyarakat yang bukan asli desa Sumbergondo sebanyak 36%. Dari 36% (18 responden) yang bukan asli penduduk Sumbergondo, ada beberapa alasan kepindahan mereka yakni 18% pernikahan, 12% faktor pekerjaan dan 4% karena hanya berpindah untuk sementara (bekerja serabutan dan guru). Mayoritas masyarakat Sumbergondo memiliki pola hidup sederhana (42%) dan biasa (50%), sementara itu hanya ada sekitar 8% responden yang memiliki pola hidup mewah meskipun taraf penghasilan / ekonomi tidak menunjang (lihat tabel 6). Namun, masyarakat sumbergondo merasa puas akan hidup yang telah didapatkan, karena ada sekitar 58% responden menyatakan puas atas apa yang telah dicapai selama ini, dan ada juga masyarakat yang belum puas atas apa yang diraih (6%) yang masih ingin mendapatkan taraf hidup yang lebih baik dari sebelumnya dan sisanya adalah merasa menikmati hidup dengan apa adanya (36%). Dalam menguasai teknologi era globalisasi seperti internet, computer, telefon celluler masih ada masyarakat yang tidak bisa menggunakannya (42%), namun ada juga beberapa masyarakat yang telah faham cara menggunakan barang elektronik (32%) tersebut, dan karena faktor usia yang mempengaruhi (lihat tabel 2) ingatan responden, ada sekitar 26% responden yang kadang mengingat cara menggunakan barang-barang elektronik tersebut di atas. Pada masalah bepergian keluar kota, setidaknya ada 44% responden yang jarang bepergian jauh dan 30% responden yang sama sekali tidak pernah bepergian jauh, yang mungkin bisa disebabkan karena faktor ekonomi masyarakat (lihat tabel 6) dan faktor pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan oleh responden (lihat tabel 4 dan 5). Namun, ada sekitar 4% responden yang mengatakan sering dan 22% responden mengatakan sangat sering bepergian keluar kota hanya untuk berlibur atau berkunjung kerumah sanak saudara yang ada di luar kota, da nada juga yang bepergian keluar kota hanya untuk menghadap majikan yang ada di luar kota, karena kebanyakan pekerjaan dari responden adalah petani yang memelihara lahan majikan yang ada diluar kota.

III.7. Motivasi Keinginan orang Tua Menyekolahkan Anak
Tabel 10. Motivasi keinginan Orang tua
No

Motivasi
Pilihan
Tidak setuju sekali
Tidak setuju
Setuju
Sangat setuju
F
%
F
%
F
%
F
%
1
Pentingnya Pendidikan
-
-
1
2%
21
42%
28
56%
2
Harapan Orang Tua
-
-
-
-
7
14%
43
86%
3
Mengikutkan Les
2
4%
1
2%
17
34%
30
60%
4
Pemilihan Sekolah
2
4%
1
2%
37
74%
10
20%
5
Pemberian Hukuman
6
12%
40
80%
3
6%
1
2%
6
Pergaulan
6
12%
1
2%
6
12%
37
74%
7
Kelompok Belajar
-
-
2
4%
36
72%
12
24%
8
Saran dari Orang tua
5
10%
17
34%
16
32%
12
24%
9
Membantu Orang tua
8
16%
14
28%
17
34%
11
22%
10
Keikutsertaan Anak dalam Organisasi
2
4%
2
4%
6
12%
40
80%
11
Pengaruh Teman Bermain
8
16%
-
-
30
60%
12
24%
12
Keaktifan Anak Dalam Kelompok Belajar
16
32%
1
2%
15
30%
18
36%
13
Keaktifan Anak Dalam Prestasi Akademik
11
22%
-
-
17
34%
22
44%

Dalam karyanya, Isbandi Rukminto Adi (1994) yang disalin dalam karya Dr. Hamzah B. Uno, MP.d (2006) mengutarakan istilah Motivasi yang berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak ataua berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterprestasikan dlam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Definisi dari motivasi dalam buku karya Sayyid Muhammad Az-Za’balawi (2007) adalah potensi fitrah yang terpendam, yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan kepada dirinya atau memuaskan kebutuhan primernya, atau menolak bahaya yang membawa kesakitan dan kesedihan kepadanya. Motivisi didefinisikan oleh Dr. Muhammad Utsman Najati sebagai kekuatan penggerak, yang membangkitkan vitalitas pada diri makhluk hidup, menampilkan perilaku, dan mengarahkannya ke satu atau beberapa tujuan. Sementara oleh Dr. Nabiil as-Samaaluuthy, motivasi diartikan sebagai kondisi internal (fisik ataupun mental, fitrah maupun perolehan) yang merangsang perilaku, menentukan jenis dan orientasinya, dan mengantarkannya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang dapat memuaskan salah satu aspek dari kehidupan manusia.
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa orangtua di desa Sumbergondo, sangat setuju akan pentingnya pendidikan di desa ini. Oleh karenanya mereka mendukung anak-anaknya mendapatkan pendidikan baik dari tingkat dasar, lanjutan, menengah dan tinggi. Orangtua di desa sumborgondo ini tidak mengekang anak–anaknya mengikuti berbagai organisasi baik sekolah maupun umum, terlihat dari prosentase sebesar 86% motivasi orangtua dalam mendukung pengembangan pendidikan anak - anaknya. Dan untuk membuat mereka lebih menguasai pelajaran anak mereka, para orang tua di desa Sumbergondo tak ragu untuk membiarkan anak mereka mengikuti les tambahan (60%) dan kelompok belajar (96%). Aktivitas anak-anak yang padat karena diberikannya ruang bagi anak-anak oleh orang tua, tidak menyurutkan keinginan anak-anak di Desa Sumbergondo untuk membantu orang tua dalam melakukan pekerjaan rumah (54%). Selain itu, kedekatan emosional antara anak dan orang tua didesa ini sangatlah tinggi, kita dapat lihat dari 56% responden yang setuju bahwa saran orang tua sangatlah penting bagi anak-anak di desa Sumbergondo. Dan orang tua sangat mengetahui dan peduli dengan pendidikan dan mental anak mereka dengan tidak menghukum mereka disaat prestasi menurun (92%) tapi mereka memberikan motivasi agar anak mereka terus mencetak prestasi, meskipun dalam Islam hukuman di perbolehkan tapi hal ini tidak di jalankan oleh hampir semua responden. Dalam buku Musykilah al-Sulukiyyah ‘inda al-Athfal yang mengutip dari buku al-Thifl al-Thabi’I karangan seorang dokter terkenal I.L. Elgurt disebutkan: “Membiasakan anak dengan aturan (hukuman) adalah sesuatu yang bersifat dasar bagi pendidikannya. Karena, petunjuk yang baik serta aturan adalah dasar bagi pendidikan anak yang benar. Seorang anak butuh kebebasan yang memadai untuk mengungkapkan akan jati dirinya, dan dalam kebebasannya itu harus diperhatikan pula bagaimana adaptasi yang baik dalam pergaulan sosialnya. Seorang yang mepunyai kuasa dalam mendidik anak (orang tua, guru, dll) harus mempunyai sikap yang tegas, lembut, penuh hikmah serta tahan banting. Yang demikian itu supaya anak didik ternaungi perasaan nyaman. Kurangnya aturan dan hilangnya kelembutan yang dimiliki oleh sang pendidik, akan berpengaruh buruk pada kehidupan anak.
Dalam hal ini, meskipun masyarakat memahami hal tersebut, sebagian besar orangtua tidak menyekolahkan anak di sekolah yang bertaraf internasional (94%) karena keterbatasan ekonomi (lihat tabel 6), tapi anak-anak didesa Sumbergondo mampu mencetak prestasi, dapat kita lihat ada sekitar 78% responden mengatakan bahwa anak-anak mereka sangat aktif dan menonjol di bidang akademiknya.




























BAB IV
ANALISIS
Motivasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang memberikan energi bagi seseorang dan apa yang memberikan arah bagi aktivitasnya. Motivasi kadang-kadang dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil. Energi dan arah inilah yang menjadi inti dari konsep tentang motivasi. Motivasi merupakan sebuah konsep yang luas (diffuse), dan seringkali dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi energi dan arah aktivitas manusia, misalnya minat (interest), kebutuhan (need), nilai (value), sikap (attitude), aspirasi, dan insentif (Gage & Berliner, 1984). Dengan pengertian istilah motivasi seperti tersebut di atas, kita dapat mendefinisikan motivasi orang tua, yaitu apa yang memberikan energi untuk belajar anak dan apa yang memberikan arah bagi aktivitas belajar anak.
Secara umum, teori-teori tentang motivasi dapat dikelompokkan berdasarkan sudut pandangnya, yaitu behavioral dan social learning.
  1. Teori Behavioral
Robert M. Yerkes dan J.D. Dodson, pada tahun 1908 menyampaikan Optimal Arousal Theory atau teori tentang tingkat motivasi optimal, yang menggambarkan hubungan empiris antara rangsangan (arousal) dan kinerja (performance). Teori ini menyatakan bahwa kinerja meningkat sesuai dengan rangsangan tetapi hanya sampai pada titik tertentu. ketika tingkat rangsangan menjadi terlalu tinggi, kinerja justru menurun, sehingga disimpulkan terdapat rangsangan optimal untuk suatu aktivitas tertentu (Yerkes & Dodson, 1908).
  1. Teori sosial learning
Social Learning Theory (1954) yang diajukan oleh Julian Rotter menaruh perhatian pada apa yang dipilih seseorang ketika dihadapkan pada sejumlah alternatif bagaimana akan bertindak. Untuk menjelaskan pilihan, atau arah tindakan, Rotter mencoba menggabungkan dua pendekatan utama dalam psikologi, yaitu pendekatan stimulus-response atau reinforcement dan pendekatan cognitive atau field. Menurut Rotter, motivasi merupakan fungsi dari expectation dan nilai reinforcement. Nilai reinforcement merujuk pada tingkat preferensi terhadap reinforcement tertentu (Berliner & Calfee, 1996).

IV.1. Hubungan Motivasi dengan Umur Orang Tua
Tabel 11. Hubungan Motivasi dengan Umur Orang Tua



Umur
Muda
Dewasa
Tua
Jumlah (dalam %)
Motivasi
F
%
F
%
F
%
Rendah
0
0%
1
2%
1
2%
4%
Sedang
3
6%
15
30%
9
18%
54%
Tinggi
3
6%
10
20%
8
16%
42%
Jumlah
6
12%
26
52%
18
36%
100%


“Semakin dewasa usia seseorang, maka semakin tinggi pula pemikiran dan penguasaan tentang arti pendidikan bagi anak”, mungkin kata bijak tersebut bisa sedikit membantu peneliti untuk menganalisa hubungan antara motivasi dengan usia orang tua dalam pentingnya pendidikan dalam anak.
Di Desa Sumbergondo, hal mendasar tentang motivasi orang tua menyekolahkan anaknya dapat di analisis melalui perbedaan tingkat usia penduduk desa sumbergondo yang sudah berkeluarga. Dari table diatas dapat ditarik kesimpulan, adapun usia penduduk di desa sumbergondo yang sudah berkeluarga dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu: golongan muda, golongan dewasa, dan golongan tua. Orang tua yang tergolong berusia muda (usia antara 21-31) cenderung mempunyai motifasi yang rendah untuk menyekolahkan anaknya yang terbukti pada nilai prosentase yang rendah yaitu 12%. Berbeda dengan orang tua yang tergolong berusia tua (usia diatas 51) mempunyai motivasi yang cukup tinggi untuk menyekolahkan anaknya, dengan jumlah prosentase 36%. Adapun orangtua yang mempunyai motivasi tinggi untuk menyekolahkan anaknya adalah golongan orangtua yang berusia dewasa (usia antara 32-51). Jadi dapat disimpulkan bahwa penduduk desa sumbergondo golongan usia dewasa yang sudah berkeluarga mempunyai motivasi yang sangat besar untuk menyekolahkan anaknya.

IV.2. Hubungan Motivasi dengan Pendidikan Orang Tua
Tabel 12. Hubungan Motivasi dengan Pendidikan Orang Tua

Pendidikan
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
(dalam %)
Motivasi

F
%
F
%
F
%
Rendah
2
4%
0
0%
0
0%
4%
Sedang
17
34%
10
20%
0
0%
54%
Tinggi
12
24%
8
16%
1
2%
42%
Jumlah
31
62%
18
36%
1
2%
100%

Hasil analisis data dari hubungan antara pendidikan dan motivasi, kami mendapatkan bahwa tingkat pendidikan orang tua itu memiliki pengaruh pada tingkat motivasi seseorang untuk memberikan pendidikan pada anaknya. Dapat dilihat dari prosentase dalam tabel, orang tua yang berpendidikan rendah memiliki motivasi tinggi dalam menyekolahkan anak-anak mereka dengan prosentase sebesar 24%, dan memiliki tingkat motivasi sedang dalam menyekolahkan anak mereka dengan prosentase sebesar 34%. Jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan orang tua yang sedang dan rendah, mereka memiliki tingkat motivasi yang sangat rendah dengan masing-masing prosentase 20% untuk orang tua yang memiliki pendidikan sedang dan motivasi sedang, prosentase sebesar 16% untuk mereka yang berpendidikan sedang dengan motivasi tinggi. Sedangkan bagi mereka yang berpendidikan tinggi tingkat motivasi mereka hanya 2% saja.
Seperti dalam landasan teori diatas, sebagaimana Mc clelland mengemukakan bahwa timbulnya tingkah laku karena dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri manusia, dan merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang. Sebuah tingkah laku timbul karena dipengaruhi kebutuhan, ini berarti bahwa orang yang berpendidikan sedang dan rendah memiliki tingkah dan keinginan untuk memberikan pendidikan yang lebih tinggi dari dirinya. Misalnya dalam satu keluarga, orang tua hanya mengenyam bangku pendidikan hingga di tingkat Sekolah Dasar (SD) atau SMP, dia tidak ingin anaknya memiliki nasib atau pendidikan yang sama dengannya. Maka untuk mencapai keinginannya orang tua tersebut bekerja mati-matian untuk menyekolahkan anaknya hingga pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau bahkan hingga tingkat Perguruan Tinggi (PT) dengan berbagai macam harapan. Namun bagi orang yang memiliki pendidikan tinggi motivasinya dalam menyekolahkan anaknya sangat rendah. Itu kemungkinan dikarenakan faktor dari orang tua tersebut kurang bisa memotivasi anaknya atau mungkin karena anaknya yang tidak ingin untuk melanjutkan sekolahnya

IV.3. Hubungan Motivasi dengan Ekonomi orang tua
Tabel 13. Hubungan Motivasi dengan Ekonomi orang tua

Ekonomi
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
(dalam %)
Motivasi
F
%
F
%
F
%
Rendah
2
4%
0
0%
0
0%
4%
Sedang
3
6%
22
44%
2
4%
54%
Tinggi
1
2%
11
22%
9
18%
42%
Jumlah
6
12%
33
66%
11
22%
100%

Peserta didik dan pendidik akan mencapai sebuah tahapan N'ach tertinggi jika gambaran Mc Cleland tercapai. Mc Clleland (Faqih, 2002:45) sampai pada kesimpulannya bahwa khayalan ada kaitannya dengan dorongan dan pendalaman kehidupan mereka, yang dinamakan the need for Achievement (N'ach) yakni nafsu untuk bekerja secara baik, bekerja tidak demi pengakuan sosial atau gengsi, tetapi dorongan kerja demi memuaskan batin dari dalam. Bagi mereka yang mempunyai dorongan N'ach tinggi akan bekerja lebih keras, belajar lebih cepat dan sebagainya. Apa yang Merangsang Peserta Didik Miskin untuk Sekolah? Bagi golongan miskin pendidikan merupakan persoalan yang dilematis.
Disatu sisi pihak kemiskinanlah yang membuat mereka tidak bisa
bersekolah tetapi di lain pihak karena tidak bersekolah mereka sulit untuk bisa keluar dan lingkaran kemiskinan (Darmaningtyas, 1999:6). Bagi golongan miskin, pendidikan itu dianggap sebagai beban karena terlalu banyaknya biaya yang harus mereka keluarkan, sehingga muncul aprori bahwa pendidikan justru semakin memiskinkan mereka.
Berdasarkan tabel di atas, orang tua berpenghasilan rendah hanya memiliki motivasi sebesar 12% dari 50 respon yang dilakukan di desa Sumber Gondo Kec. Bumi Aji Batu sedangkan orang berpenghasilan sedang memiliki motivasi 66% dan orang tua penghasilan tinggi hanya memiliki 22%, prosentasi ini lebih kecil daripada prosentasi motivasi pada orang tua berpenghasilan sedang. Jadi, tingginya penghasilan orang tua tidak mempengaruhi motivasi tinggi dalam menyekolahkan anak di desa Sumber Gondo Batu bahkan orang tua yang berpenghasilan sedang yang memililiki motivasi tinggi dalam menyekolahkan anak dikarenakan tidak ada faktor dilematis yang dialami oleh orang tua panghasilan rendah

IV.4. Hubungan Motivasi dengan tingkat sosial orang tua
Tabel 14. Hubungan Motivasi dengan tingkat sosial orang tua

Sosial
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
(dalam %)
Motivasi
F
%
F
%
F
%
Rendah
0
0%
2
4%
0
0%
4%
Sedang
1
2%
5
10%
21
42%
54%
Tinggi
1
2%
2
4%
18
36%
42%
Jumlah
2
4%
9
18%
39
78%
100%

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung sutau maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu bersamaan dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dnegan sesamanya, maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu disengaja maupun tidak disengaja (Sardiman: 1986).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Sumbergondo, menunjukkan bahwa kondisi sosial orang tua yang memiliki motivasi rendah di desa Sumbergondo hanya 4%, sementara itu untuk responden yang memiliki motivasi sedang yang di kombinasi dengan tingkat kepekaan sosial orang tua tergolong sangat tinggi, yakni sekitar 54%. Dan untuk masyarakat yang memiliki motivasi tinggi yang juga di kombinasikan dengan kepekaan sosial orang tua (responden) juga tergolong tinggi, yakni 40%.
Dapat disimpulkan bahwa motivasi orang tua yang berhubungan dengan status orang tua tergolong sangat baik dengan total 78 % (hasil penjumlahan dari motivasi sedang dan tinggi yang di akumulasikan dengan tingkat sosial orang tua yang tinggi). Sementara itu tingkat sosial orang tua yang tergolong rendah juga bisa dikatakan sedang 18% dan dari hasil tersebut kita dapat mengetahui bahwa tingkat kepekaan sosial orang tua sangat tinggi terhadap lingkungannya, baik dalam aktifitas sosial di masyarakat maupun di lingkungan rumah (lihat spesifikasi pada tabel 7) yang berpengaruh terhadap motivasi orang tua dalam pendidikan anak yang sebelumnya juga sangatlah tinggi ketika responden di berikan pertanyaan untuk motivasi responden dalam menyekolahkan anak mereka (lihat tabel 10). Dan hal ini harus terus di jaga sehingga generasi penerus di desa Sumbergondo dapat menuntut ilmu sesuai rencana pemerintah yang mewajibkan program 9 tahun belajar.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi dibagi menjadi 2 faktor yaitu faktor internal dan external. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari orangtua sendiri dalam menyekolahkan anak, faktor external adalah faktor yang muncul dari lingkungan. Mengikuti hasil dari data yang kami dapat menunjukkan bahwa 42% masyarakat desa sumbergondo memiliki tingkat sosial yang tinggi. Sedangkan 54% menunjukkan bahwa tingkat motivasi pada masyarakat desa sumbergondo yaitu sedang . Menurut hasil dari data penelitian yang kami lakukan berbanding terbalik dengan teori Robert M. Yerkes dan J. D. Dodson yang mana membuktikan bahwa ketika tingkat sosial menjadi tinggi, justru tingkat motivasinya menurun.

IV.5. Hubungan Motivasi dengan Status Orang tua
Tabel 15. Hubungan Motivasi dengan Status Orang tua

Status
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
(dalam %)
Motivasi
F
%
F
%
F
%
Rendah
2
4%
0
0%
0
0%
4%
Sedang
12
24%
14
28%
1
2%
54%
Tinggi
11
22%
9
18%
1
2%
42%
Jumlah
25
50%
23
46%
2
4%
100%
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indicator meliputi 1). Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil; 2). Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3). Adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4). Adanya penghargaan dalam belajar; 5). Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan sesorang dapat belajar dengan baik. (Dr Hamzah B. Uno, M.Pd.). berdasarkan pernyataan dia atas bisa kita simpulkan bahwa tidak hanya faktor dalam diri siswa saja yang dapat menimbulkan motivasi untuk belajar di sekolah tetapi juga harus ada dorongan motivasi dari luar salah satunya adalah orang tua.
Di Desa Sumbergondo ini orang tua memiliki motivasi untuk menyekolahkan anaknya yang bisa kita lihat dari status orang tuanya, orang tua yang mempunyai status rendah cenderung mempunyai motivasi yang rendah untuk menyekolahkan anaknya yang terbukti pada presentasenya yang rendah yaitu 4% saja pada kolom pertama. Berbeda dengan orang tua yang statusnya di tingkatan status sedang, berdasarkan tabel 15 di atas bisa kita simpulkan ada orang tuanya berstatus rendah mempunyai motivasi yang cukup tinggi untuk menyekolahkan anak selain itu ada juga orang tua yang walaupun mempunyai status sedangkan mereka mempunyai motivasi yang tinggi untuk menyekolahkan anak saying nya ada juga orang tua yang mempunyai status yang tinggi namun motivasi mereka untuk menyekolahkan anak sangat rendah.

IV.6. Hubungan Motivasi dengan Mobilitas kehidupan orang tua
Tabel 16. Hubungan Motivasi dengan Mobilitas kehidupan orang tua

Mobilitas
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
(dalam %)
Motivasi
F
%
F
%
F
%
Rendah
1
2%
1
2%
0
0%
4%
Sedang
5
10%
19
38%
3
6%
54%
Tinggi
1
2%
19
38%
1
2%
42%
Jumlah
7
14%
39
78%
4
8%
100%

Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi pendidikan responden relatif berhubungan dengan mobilitas masing-masing. Responden yang mobilitasnya rendah tidak selalu bermotivasi rendah pula, bahkan cenderung bermotivasi sedang (10%). Masing-masing, hanya 2% saja yang bermotivasi rendah dan tinggi. Selanjutnya, terdapat hasil yang cukup mencolok dari responden yang bermobilitas sedang. Masing-masing terdapat 38% responden bermobilitas sedang dengan motivasi sedang dan tinggi, dan hanya 2% saja yang bermotivasi rendah. Sedangkan untuk responden yang bermobilitas tinggi ternyata tidak ada yang bermotivasi rendah, walaupun demikian hanya sebesar 6% saja yang bermotivasi sedang. Dan hanya ditemukan 1 orang responden yang bermobilitas tinggi dengan motivasi pendidikan tinggi pula. Prosentasenya hanya 2% dari 50 orang responden. Hal itu sesuai dengan keadaan bahwa orang yang bermobilitas tinggi tidak selalu karena kebutuhan rekreasi tetapi juga karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan mereka mencari nafkah di luar kota.
Hubungan antara motivasi dengan mobilitas bisa dianalisa melalui berbagai teori yang telah dikembangkan dalam menganalisa mobilitas penduduk. Teori-teori tersebut selama ini telah mengalami perkembangan yang sangat mendasar. Teori yang berorientasikan pada neoclassical economics sebagai contoh. Menurut aliran ini, perpindahan penduduk merupakan keputusan pribadi yang didasarkan atas keinginan untuk mendapatkan kesejahteraan yang maksimum. Dalam hal ini responden dari masyarakat desa Sumbergondo yang sebagian besar (78%) bermobilitas sedang ternyata rata-rata bermotivasi sedang pula (54%). Sisanya, sebanyak 42 % bermotivasi tinggi dan hanya 4 % bermotivasi rendah. Hal itu terkait dengan harapan mereka untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik dengan cara menyekolahkan anak.

IV. 7. Hubungan Motivasi dengan jenis kelamin
Tabel 17. Hubungan Motivasi dengan jenis kelamin

Jenis Kelamin
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
(dalam %)
Motivasi
F
%
F
%
F
%
Rendah
1
2%
1
2%
4%
0%
4%
Sedang
15
30%
12
24%
54%
6%
54%
Tinggi
9
18%
12
24%
42%
2%
42%
Jumlah
25
50%
25
50%
100%
8%
100%

Para pakar Humanistik menitik-beratkan pentingnya motivasi dari
dalam diri sendiri (self-motivation). Maka dari itu pendidikan amatlah penting bagi manusia dan itu bukan saja motivasi dari luar tapi dalam diri kita sendiri. Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri sangat berkesan dalam
meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar. Dalam pendidikan laki-laki dan perempuan tidaklah mempunyai perbedaan, mereka mempunyai hak yang sama dalam mencari pengetahuan yang mereka inginkan karena tidak ada batasan-batasan dalam hal itu.
Bardasarkan tabel di atas, motivasi untuk belajar di Desa Sumbergondo ternyata motivasi antara laki-laki dan perempuan jumlah prosentasenya sama. Hal ini mengingatkan bahwa tingkat kesadaran akan pendidikan di Deas Sumbergondo ini seimbang.





















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN
Desa Sumbergondo berada di dataran pegunungan daerah Kota Batu, dimana masyarakatnya seringkali dihadapkan banyak hal yang membuat mereka tidak bisa mengembangkan masyarakat mereka secara baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah masalah ekonomi, pendidikan, teknologi dan sebagainya. Dalam laporan penelitian, kami mendapat fakta bahwa masyarakat Desa Sumbergondo adalah masyarakat pegunungan yang memiliki kesamaan dengan masyarakat pegunungan lainnya dalam masalah pendidikan bahkan bisa dikatakan sama dengan masyarakat yang berada di daerah maju sekalipun.
Masyarakat Desa Sumbergondo merupakan masyarakat yang kebanyakan penduduknya bekerja sebagai petani. Mereka memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan menanam apel dan berbagai sayuran. Dan untuk mencukupi kebutuhan mereka, sebagian besar masyarakat yang memiliki penghasilan lebih membuka warung atau toko kecil didepan rumah mereka atau di pasar yang tidak jauh dari desa Sumbergondo.
Dalam penelitihan kami yang berjudul “Pengaruh ekonomi masyarakat Sumbergondo terhadap motivasi orangtua menyekolahkan Anak” ini, kami mengambil hipotesis “semakin kaya seseorang, maka motivasi menyekolahkan anak semakin tinggi (semakin kaya orang tua, semakin tinggi pendidikan anak)”. Namun, dalam kenyataan yang telah ada, hipotesis kami dengan hal yang dialami oleh masyarakat sumbergodo berbeda. Kami memperoleh kesimpulan bahwa meskipun masyarakat mempunyai harta yang lebih, tapi mereka lebih memilih mencarikan anak-anak mereka kerja yang layak atau melanjutkan usaha orang tua dari pada menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi.
Kesimpulannya, kebanyakan anak-anak mereka hanya lulus SMA kemudian mereka mengikuti langkah orang tuanya bekerja meneruskan usaha yang dilakukan oleh orangtuanya, didukung oleh motivasi anak yang tidak ingin meneruskan pendidikan mereka maka orang tua mereka semakin yakin bahwa anak-anak mereka tidak memiliki keinginan yang besar untuk mencapai pendidikan yang tinggi. Jadi dapat kita ambil kesimpulan bahwasannya tidak selamanya orang tua yang kaya ingin memiliki anak yang berpendidikan tinggi atau tidak selamanya orangtua kaya memiliki motivasi yang tinggi untuk memberikan pendidikan yang tinggi kepada anak-anak mereka. Namun, tidak sedikit orang tua di Desa Sumbergondo yang berfikiran untuk melanjutkan pendidikan anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi, ada sebagian dari orang tua yang bekerja keras agar bisa melihat anak mereka meraih gelar sarjana.

V.2. Saran
Apabila melihat hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang bertentangan dengan hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya, peneliti merasa sangat bangga sekaligus menyayangkan situasi yang terjadi didesa Sumbergondo. Peneliti merasa bangga karena setelah lulus dari SMA, masyarakat desa Sumbergondo setidaknya tidak menganggur dan hal ini bisa mengurangi banyaknya penggangguran didesa Sumbergondo dan bisa membantu pemerintah untuk mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Namun, peneliti juga menyayangkan hasil dari penelitian tersebut yang mengungkap fakta bahwa masyarakat yang mempunyai biaya cukup untuk bisa melanjutkan pendidikan anak mereka kejenjang yang lebih tinggi tidak mengambil keputusan untuk memilih melanjutkan pendidikan melainkan melanjutkan bisnis atau pekerjaan orang tua, baik di bidang perdagangan, industri maupun pertanian. Dan yang lebih disayangkan lagi, hampir semua anak mereka juga tidak menolak hal tersebut.
Seperti kita ketahui, bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Apa yang akan terjadi beberapa tahun mendatang jika sebagian masyarakat di desa Sumbergondo tidak memiliki status pendidikan yang memadahi? Dalam hal ini, peran pemerintah setempat maupun pusat sangat di butuhkan untuk mengajak masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan, agar masyarakat desa Sumbergondo semakin maju dengan adanya masyarakat yang berpendidikan.


DAFTAR RUJUKAN

Abdullah A.S. Dr. 1994. Teori-teori pendidikan berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Adi, Isbandi R. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan Kesejahteraan Sosial: Dasar-dasar pemikiran. Jakarta: Grafindo Persada
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik: Jakarta:Rineka Cipta
Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Az-za’balawi, M. S.M. Dr. 2007. Pendidikan remaja anata Islam dan Ilmu Jawa. Jakarta: Gema Insani.
Iskandar, Dr. M.Pd. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: GP Press.
Kadzim, M.N. 2009. Mendidik tanpa Memukul. Solo: Abyan.
Mulyasa, E. Dr. MPd. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Novitasari. 2007. Pengaruh sosial ekonomi orang tua, motivasi belajar, tingkat pemanfaatan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi Di SMA Negeri 1 Kauman Tulungagung. Skripsi, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang.
Purwanto, Ngalim. 1988. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Karya.
Sardiman, A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar-mengajar, Pedoman bagi guru dan calon guru. Jakarta: CV. Rajawali.
Tri Rahayu, Iin, Ardi Ardani, Tristiadi. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayu Media
Uno, Hamzah B. Dr. M.Pd. 2006. Teori Motivasi dan pengukurannya: analisadi bidang pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.



LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • Peta Desa
  • Foto-foto
  • Daftar Mahasiswa
  • Kuesioner

0 Comments:

Posting Komentar